Sabtu 19 Feb 2022 18:36 WIB

Menko Airlangga Sebut Gresik Menjadi Sentra Hilirisasi Tembaga

Airlangga memuji Bupati Gresik yang bisa disebut Bupati Tembaga.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberi pidato saat groundbreaking proyek perluasan PT Smelting di Gresik, Jawa Timur, Sabtu (19/2/2022).
Foto: Istimewa
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberi pidato saat groundbreaking proyek perluasan PT Smelting di Gresik, Jawa Timur, Sabtu (19/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK—Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan, kebijakan pemerintah dalam hilirisasi produk mineral dan batubara (minerba) ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah. Ia mengatakan, hilirisasi juga menjadi sumber penerimaan negara, memenuhi kebutuhan dalam negeri serta ekspor, termasuk menghasilkan bahan baku energi bersih.

Menurut Menko Perekonomian, keberadaan proyek ekspansi PT Smelting sebagai industri pionir dalam pengembangan hilirisasi produk minerba diharapkan berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi. Baik secara nasional maupun spasial di Provinsi Jawa Timur.

Baca Juga

Airlangga mengatakan, saat ini Indonesia memiliki cadangan bijih tembaga sebanyak 3,1 miliar ton dengan tingkat produksi sebanyak 100 juta ton per tahun. Cadangan bijih tembaga tersebut diperkirakan akan habis dalam 30 tahun apabila tidak ada tambahan cadangan baru. Artinya, peningkatan nilai tambah bijih tembaga sangat diperlukan, baik dengan pembangunan pabrik baru atau ekspansi pabrik untuk ekstraksi tembaga.

“Dengan ekspansi di pabrik refinery mineral pertama di Indonesia ini, ada 3,3 juta ton konsentrat yang nantinya akan diolah, sehingga Gresik menjadi sentra dari hilirisasi tembaga,” tutur Airlangga saat acara groundbreaking proyek perluasan PT Smelting di Gresik, Jawa Timur, Sabtu (19/2/2022).

Menko Perekonomian menambahkan, kedepannya dengan renewable energi, electric vehicle dan solar panel seluruhnya membutuhkan tembaga. Hilirisasi produk turunannya perlu untuk terus didorong, terutama untuk kebutuhan memproduksi produk elektronik. Dengan ekspansi ini, kapasitas pengolahan konsentrat PT Smelting direncanakan akan mengalami peningkatan menjadi sebanyak 1,3 juta ton dan kapasitas produksi katoda tembaga juga meningkat menjadi 342 ribu ton pertahun.

Proyek ekspansi PT Smelting yang keempat sejak tahun 1999 ini juga akan menambah pabrik asam sulfat baru. Selain itu menaikkan kapasitas beberapa peralatan di smelter, serta menambah jumlah sel elektrolisa di refinery. Airlangga menargetkan, peningkatan kapasitas dalam ekspansi tersebut membutuhkan Capex sebesar 231 juta dolar AS dan direncanakan akan selesai pada September 2023.

Ketua Umum DPP Partai Golkar menambahkan, ekspansi PT Smelting tidak hanya memenuhi kebutuhan produk di dalam negeri. Seperti katoda tembaga untuk industri kawat/kabel (wire), batangan tembaga (rod bar), industri kimia, serta produk samping berupa asam sulfat untuk bahan baku pabrik pupuk serta copper slag dan gipsum sebagai bahan baku semen. PT Smelting juga bakal mengekspor katoda tembaga dan tembaga telurida.

“Kekuatan industri copper di Indonesia akan terus ditingkatkan dan klaster yang ada di Gresik tentunya perlu terus didorong, sehingga Pak Bupati Gresik ini bisa juga menjadi Bupati Tembaga,” tutur Menko Airlangga.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement