Ahad 20 Feb 2022 07:03 WIB

Pakai Jargas PGN, Masyarakat Bisa Lebih Hemat

Gas kota merupakan solusi energi yang murah.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Seorang juru masak memasak dengan kompor yang dialiri bahan bakar gas bumi Perusahaan Gas Negara (PGN). Penggunaan jargas dinilai mampu membuat pemgeluaran masyarakat lebih hemat.
Foto: ANTARA/ Fakhri Hermansyah
Seorang juru masak memasak dengan kompor yang dialiri bahan bakar gas bumi Perusahaan Gas Negara (PGN). Penggunaan jargas dinilai mampu membuat pemgeluaran masyarakat lebih hemat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berupaya untuk menekan angka impor elpiji melalui pemberian opsi kepada masyarakat atas energi yang lebih murah dan ramah lingkungan.

Tim Peneliti Pusat Studi Peningkatan Perolehan Minyak dan Gas Bumi FTKE Universitas Trisakti Andry Prima mengatakan, berdasarkan hasil penelitian, sebagian masyarakat menyatakan setuju dengan instalasi gas kota atau jargas. Selain bisa menghemat di sisi keuangan pemerintah, penggunaan jargas juga mampu memberikan penghematan dari perubahan bahan bakar rumah tangga.

Baca Juga

"Warga berharap bisa menghemat biaya LPG yang selama ini dipakai. Yang mereka rasakan selama ini, walaupun murah menggunakan LPG tetap berharap adanya energi yang bisa lebih ekonomis," kata Andry melalui keterangan resmi, Ahad (20/2/2022).

Menurut Andry, gas kota merupakan solusi energi yang murah sehingga dapat membantu meringankan beban ekonomi yang selama ini masyarakat rasakan. "Dari penelitian ini, warga sudah paham akan manfaat dari gas kota," tambah Andry.

Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN, Achmad Muchtasyar mengungkapkan, gas kota dapat menjadi solusi energi yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis. Jargas memiliki nilai lebih hemat jika dibandingkan secara makro ekonomi dengan LPG yang 60 persen masih impor.

"Keungulan gas bumi kalau kita bandingkan dengan segi harga, kita membandingkan gas bumi dengan LPG 12 kg. Mengingat unitnya berbeda, kita langsung menguji secara praktial untuk memasak air 10 liter. Maka pengeluaran menggunakan gas sebesar Rp1.688. Namun untuk memasak air dengan volume yang sama, memerlukan Rp 2.095 menggunakan LPG 12 kg," papar Achmad.

Dalam perbandingan tersebut, gas bumi menggunakan harga Rp 10.000 per m3 dan LPG 12 kg seharga 187.674 per tabung. LPG 12 kg dijadikan acuan, karena LPG 12 kg bukan energi bersubsidi, sehingga perbandingannya bisa setara. Mengingat LPG 3 kg merupakan energi bersubsidi yang sasarannya untuk masyarakat berkemampuan ekonomi rendah.

"Jargas atau citygas adalah suatu peradaban atau lifestyle, sehingga dengan adanya jargas menunjukkan peradapan yang sudah meningkat," imbuhnya.

PGN sebagai pemegang amanat untuk merealisasikan target pembangunan 4 juta sambungan jaringan gas bumi untuk rumah tangga, akan melakukan pengembangan jargas yang massif. Gas bumi adalah salah satu opsi yang paling bersih, sebelum nanti ada EBT.

"Pengembangan EBT masih cukup memakan waktu, mungkin bisa 20 tahun. Jadi, peran gas adalah sebagai energi transisi yang bersih itu memenuhi lifestyle yang sedang global saat ini," kata Achmad.

Menurut Achmad, dukungan dari berbagai pihak juga diperlukan bagi PGN untuk bisa merealisasikan target 4 juta SR pada 2024. Antara lain alokasi gas dalam jangka panjang, harga jual gas yang mencapai keekonomian, penyelarasan dengan program kompor listrik dan distribusi LPG subsidi, serta dukungan dalam kemudahan proses perizinan.

Ia melanjutkan, sebagian masyarakat berpandangan jargas merupakan sesuatu yang mewah. Padahal jargas adalah bagian dari utilitas kebutuhan masyarakat. Tidak ada bedanya listrik ataupun air. "Pengembangan jargas juga dapat membuka suatu kesempatan berinvestasi, investor karena berkaitan dengan sustainability energy," kata Achmad.

PGN akan menggunakan skema infrastruktur baik pipeline maupun non pipeline (CNG/ LNG) untuk mencapai target tersebut. Penugasan terkait pembangunan jargas telah teregulasi secara lengkap dan didukung penuh oleh pemerintah. Dengan begitu, infrastruktur jargas merupakan objek vital sehingga semua pihak perlu mendukung terselenggaranya jargas ini.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement