REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Amerika Serikat (AS) dan Inggris menyalahkan Rusia atas serangan siber yang menghapus sejumlah situs badan pemerintah Ukraina dan bank-bank besar pada Januari lalu. Wakil Penasihat Keamanan Nasional Pemerintah AS Anne Neuberger mengatakan Rusia bertanggung jawab atas tindakan tersebut.
“Pemerintah memiliki informasi teknis yang menghubungkan Direktorat Intelijen Utama Rusia (GRU) dengan peretasan. Infrastruktur GRU terlihat mentransmisikan komunikasi dengan volume tinggi ke alamat IP dan domain berbasis Ukraina,” kata Neuberger.
Menurut AP dan Reuters, Inggris juga secara terbuka mengaitkan insiden itu dengan Rusia dengan mengatakan GRU hampir pasti terlibat. Sementara itu, serangan siber berhasil memutuskan akses situs-situs Ukraina yang ditargetkan.
Namun, tindakan tersebut tidak terlalu berdampak pada Ukraina karena pejabat negara dengan cepat mengamankan dan memulihkan situs-situs. Di antara situs web yang menjadi sasaran adalah kementerian pertahanan dan luar negeri Ukraina. Saat situsnya diretas, peretas meninggalkan pesan yang jika diterjemahkan menjadi:
“Ukraina! Semua data pribadi Anda telah diunggah ke jaringan publik. Semua data di komputer dihancurkan, tidak mungkin mengembalikannya.” Pesan itu juga merujuk pada tanah bersejarah dan menunjukkan versi peta serta bendera Ukraina yang dicoret.
Kementerian Informasi Ukraina mengatakan saat itu ada indikasi awal Rusia melakukan serangan siber. Selain itu, Kementerian Kebudayaan dan Kebijakan Informasi Ukraina juga menyarankan petunjuk ke kelompok ultranasionalis Ukraina hanyalah upaya Rusia untuk menutupi jejak mereka.
Dikutip Engadget, Ahad (20/2/2022), Neuberger mengatakan Gedung Putih secara terbuka menyerukan Kremlin karena komunitas global harus siap untuk menyoroti aktivitas dunia maya yang berbahaya dan meminta pertanggungjawaban atas semua aktivitas dunia maya yang mengganggu atau merusak.
Meskipun serangan siber tidak berdampak terlalu besar, Gedung Putih yakin Rusia dapat melakukan kegiatan yang lebih mengganggu nantinya yang diikuti dengan invasi ke Ukraina. Presiden Joe Biden telah mengumumkan pada Jumat lalu, AS telah memperoleh informasi intelijen yang menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin telah membuat keputusan untuk menyerang Ukraina dalam beberapa hari mendatang.