REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Supermodel Palestina-Belanda, Bella Hadid turut buka suara atas terbitnya larangan menggunakan jilbab bagi siswa muslim di India. Termasuk juga larangan bagi muslim di negara-negara lain untuk menggunakan simbol keagamaan mereka.
Melalui unggahan di media sosialnya, Hadid meminta pemerintah Prancis, India, Belgia, dan provinsi Quebec Kanada yang menerapkan larangan jilbab di ruang publik untuk mencabut kebijakan diskriminatif terhadap perempuan muslim. “Bukan tugas Anda untuk memberi tahu wanita apa yang harus atau tidak boleh mereka kenakan, terutama yang berkaitan dengan iman dan keselamatan,” katanya dilansir dari Alaraby, Ahad (20/2/2022).
Hadid juga memberikan dukungannya kepada Hoda al-Jamaa, seorang remaja muslim di Selandia Baru yang menjadi korban dugaan kejahatan rasial awal bulan ini. Al-Jamaa mengatakan kepada penyiar layanan publik Selandia Baru RNZ, bahwa dua murid sekolah merobek jilbabnya sementara yang lain merekam serangan itu. "Saya sedang menunggu guru untuk membantu saya," kata al-Jamaa.
“Kita perlu mengubah pola pikir penilaian seperti ini segera, kita perlu mengajarkan teman-teman kita, anak-anak, orang tua, keluarga, bahwa mengenakan jilbab, menjadi muslim, atau menjadi apa pun selain kulit putih pada umumnya, tidak sama dengan menjadi ancaman atau berbeda dari orang lain,” jelas Hadid.
Berbicara tentang industrinya sendiri, Hadid berpendapat bahwa munculnya merek fesyen muslim dan model berhijab di acara catwalk arus utama belum diterjemahkan ke dalam perlakuan yang adil bagi wanita muslim di industri fesyen AS dan Eropa.
“Jika kita melihat semakin banyak apresiasi terhadap jilbab dan penutup dalam mode, kita juga harus mengakui siklus pelecehan yang dialami wanita muslim dari semua etnis berbeda dalam mode secara teratur di rumah mode”, katanya. Hadid sering menggunakan media sosial untuk mengekspresikan solidaritas dengan tujuan keadilan sosial, termasuk pembebasan Palestina dan Black Lives Matter.