Ahad 20 Feb 2022 12:33 WIB

Palestina Kecam Israel Hambat Penyelidikan Komisi PBB

Komisi PBB akan menyelidiki pertempuran antra Israel dan Hamas di Jalur Gaza Mei 2021

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga Palestina berjalan di malam hari di sepanjang Jalan Al-Baali, di samping rumah-rumah yang rusak parah akibat serangan udara selama perang 11 hari antara Israel dan Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza, di Beit Hanoun, Jalur Gaza utara, Senin, 31 Mei 2021
Foto: AP/Felipe Dana
Warga Palestina berjalan di malam hari di sepanjang Jalan Al-Baali, di samping rumah-rumah yang rusak parah akibat serangan udara selama perang 11 hari antara Israel dan Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza, di Beit Hanoun, Jalur Gaza utara, Senin, 31 Mei 2021

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Otoritas Palestina mengecam Israel karena menolak mengizinkan komisi penyelidikan PBB masuk ke negaranya dan ke wilayah Palestina yang diduduki. Komisi tersebut hendak menyelidiki pertempuran antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza pada Mei tahun lalu.

 “Keputusan itu (menolak masuknya komisi PBB) ilegal,” kata Kementerian Luar Negeri Palestina dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Israeli National News, Ahad (20/2/2022).

Baca Juga

Palestina menekankan, tugas komisi terkait, yang konsisten dengan mandat PBB dan hukum internasional, perlu didukung agar berhasil.

Pada Kamis (17/2/2022) lalu, Israel secara resmi mengumumkan tidak akan bekerja sama dengan komisi khusus bentukan Dewan Keamanan PBB untuk menyelidiki dugaan pelanggaran terhadap orang Arab-Palestina. Keputusan itu disampaikan Duta Besar Israel untuk PBB Meirav Eilon Shahar lewat sebuah surat untuk ketua komisi, Navi Pillay.

“Jelas bagi negara saya, sebagaimana seharusnya bagi pengamat yang berpikiran adil, bahwa tidak ada alasan untuk percaya bahwa Israel akan menerima perlakuan yang wajar, adil, dan non-diskriminatif dari Dewan (Keamanan) atau dari komisi penyelidikan ini,” kata Shahar dalam suratnya.

Pada Mei tahun lalu, situasi di Yerusalem Timur mendidih. Warga Palestina turun ke jalan dan berdemonstrasi menolak rencana Israel mengusir sejumlah keluarga Palestina dari kediamannya di Sheikh Jarrah. Seperti biasa, unjuk rasa itu direspons secara represif oleh aparat keamanan Israel.

Situasi memburuk saat pasukan keamanan Israel menggeruduk Masjid Al-Aqsa dan menyerang jamaah di dalamnya. Saat itu, aksi unjuk rasa memang turut menjalar hingga ke area masjid tersuci ketiga umat Islam tersebut. Kelompok Hamas sempat memperingatkan dan memberi tenggat waktu agar Israel segera menarik aparat keamanannya dari kompleks Al-Aqsa.

Namun peringatan itu diabaikan. Hamas kemudian meluncurkan serangan roket ke wilayah Israel. Aksi itu direspons Israel dengan melancarkan agresi bertubi-tubi ke Gaza.

Hamas dan Israel akhirnya terlibat pertempuran selama 11 hari, yakni pada 10-21 Mei 2021. Sekitar 2.200 rumah hancur dan 37 ribu bangunan di Jalur Gaza rusak akibat serangan Israel. Para pejabat Palestina mengungkapkan, selama konflik 11 hari tersebut, 250 warga Gaza, termasuk 66 anak-anak, tewas akibat serangan Israel. Sementara Israel melaporkan 13 korban jiwa akibat serangan Hamas, termasuk dua anak-anak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement