Ahad 20 Feb 2022 13:48 WIB

Menlu China Soroti Ekspansi NATO Terkait Krisis Ukraina

China pertanyakan apakah ekspansi NATO akan memelihara perdamaian Eropa.

 Gambar selebaran yang disediakan oleh layanan pers Polisi Nasional Ukraina menunjukkan hasil penembakan di sebuah desa tidak jauh dari kota Donetsk yang dikuasai militan pro-Rusia, Ukraina, 18 Februari 2022 di tengah eskalasi di perbatasan Ukraina - Rusia.
Foto: EPA-EFE/UKRAINE NAT. POLICE PRESS SERV.
Gambar selebaran yang disediakan oleh layanan pers Polisi Nasional Ukraina menunjukkan hasil penembakan di sebuah desa tidak jauh dari kota Donetsk yang dikuasai militan pro-Rusia, Ukraina, 18 Februari 2022 di tengah eskalasi di perbatasan Ukraina - Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Anggota Dewan Pemerintahan sekaligus Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyoroti ekspansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terkait krisis Ukraina.

"Kalau NATO terus melakukan ekspansi ke arah timur, apakah ini kondusif dalam memelihara perdamaian dan stabilitas di Eropa?" tanya Wang dalam Konferensi Keamanan Munich (MSC) yang dihadirinya secara daring dari Beijing, Sabtu (19/2/2022).

Baca Juga

Menanggapi pertanyaan Ketua MSC Wolfgang Ischinger, dia mengatakan bahwa sebagai produk Perang Dingin yang telah berakhir dalam jangka waktu lama, NATO harus melakukan penyesuaian-penyesuaian. Ia menyerukan beberapa pihak kembali pada Perjanjian Minsk II untuk menyelesaikan krisis Ukraina.

"Semua pihak harus memikul tanggung jawab dan bekerja sama demi terciptanya perdamaian daripada membuat ketegangan yang berisiko terjadinya peperangan," ujar diplomat senior yang memegang jabatan setingkat menteri koordinator itu.

Menurut dia, semua pihak harus memiliki kepedulian terhadap keamanan di Eropa dan menghormati legitimasi keamanan Rusia. Ukraina seharusnya menjadi jembatan yang menghubungkan Barat dan Timur, bukan menjadi garda terdepan konfrontasi beberapa kekuatan besar, kata Wang Yi.

Sebelumnya Australia meminta China agar tidak tinggal diam saja dalam menyikapi krisis Ukraina yang melibatkan Rusia sebagai sekutu utama China. "Berulang kali kami tegaskan, sikap China sudah jelas bahwa kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial semua negara harus dihormati dan dijaga, tidak terkecuali dengan Ukraina," kata Wang dalam pernyataan tertulisnya yang diterima Antara Beijing, Sabtu malam.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement