Senin 21 Feb 2022 23:45 WIB

Diplomat Rusia di PBB: Mata-mata AS dan Inggris tak Dapat Diandalkan

Pengamat mengatakan mengatakan ancaman Putin justru memberi kekuatan baru bagi NATO.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Gambar selebaran yang disediakan oleh layanan pers Polisi Nasional Ukraina menunjukkan hasil penembakan di sebuah desa tidak jauh dari kota Donetsk yang dikuasai militan pro-Rusia, Ukraina, 18 Februari 2022 di tengah eskalasi di perbatasan Ukraina - Rusia.
Foto: EPA-EFE/UKRAINE NAT. POLICE PRESS SERV.
Gambar selebaran yang disediakan oleh layanan pers Polisi Nasional Ukraina menunjukkan hasil penembakan di sebuah desa tidak jauh dari kota Donetsk yang dikuasai militan pro-Rusia, Ukraina, 18 Februari 2022 di tengah eskalasi di perbatasan Ukraina - Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Deputi Delegasi Permanen Rusia untuk PBB mengatakan asesmen mata-mata Amerika Serikat (AS) dan Inggris di Ukraina tidak dapat diandalkan. Mereka telah banyak melakukan kesalahan besar seperti intelijen yang mendorong invasi AS ke Irak.

"Kami tidak percaya pada intelijen AS dan Inggris, mereka telah mengecewakan kami, seluruh dunia, di banyak kesempatan, cukup untuk mengingat senjata pemusnah massal di Irak," kata Dmitry Polyanskiy pada Sky News, Ahad (20/2/2022).

Baca Juga

Polyanskiy mengatakan tidak boleh ada memberitahu Rusia di mana mereka harusnya menggelar latihan militer di wilayahnya sendiri. Pekan ini Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg menilai Presiden Vladimir Putin mendorong kenormalan yang baru di Eropa.

Apakah Rusia menggelar invasi skala penuh ke Ukraina atau tidak Putin sudah menarik perhatian negara-negara Barat dan Presiden AS Joe Biden yang sebelumnya hendak fokus pada Cina di kawasan Indo-Pasifik. Moskow bersedia dan mampu membuka persaingan nilai-nilai dan perbatasan di Eropa.