REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel mengatakan, kedelai adalah salah satu komoditas penting bagi masyarakat Indonesia. Baik sebagai konsumen ataupun produsen tahu dan tempe yang terdampak dari kenaikan harga kedelai.
"Harus dicarikan solusi yang lebih permanen. Hal itu membutuhkan kerja sama semua pihak khususnya Kemendag dan Kementerian Pertanian," ujar Rachmat lewat keterangan tertulisnya, Senin (21/2).
Kemendag harus bisa mengatur stabilitas harga kedelai di dalam negeri. Ia berharap kementerian yang dipimpin oleh Muhammad Lutfi itu segera menstabilkan harganya untuk memberikan ketenangan kepada masyarakat.
"Jadi harus ada koordinasi agar kran impor diatur dengan kemampuan Kementerian Pertanian dalam menyediakan kacang kedelai dari petani. Jangan sampai pasar kebanjiran produk impor yang kemudian bikin kapok petani menanam kedelai," ujar Rachmat.
Ia juga menekankan agar Kementan bekerja keras dan memiliki program yang sistematis agar Indonesia bisa berswasembada kacang kedelai. Agar ke depan, Indonesia tak lagi ketergantungan dengan kedelai impor.
Pasalnya, harga kedelai meningkat akibat fluktuasi harga internasional. Khususnya di Amerika Serikat, Brasil, Argentina, dan China yang merupakan negara produsen terbesar untuk kacang kedelai di dunia.
"Manfaatkan teknologi dan kuatkan riset, Indonesia juga sudah menjadi eksportir edamame, hal itu membuktikan bahwa tanah Indonesia bisa untuk tanaman kedelai. Ingat, produk olahan kedelai telah menjadi makanan nasional seperti tahu, tempe, bahkan kecap" ujar Rachmat.
Sebelumnya, Kementan menyatakan, fluktuasi harga kedelai impor saat ini disebabkan juga kondisi perubahan iklim dunia yang mempengaruhi harga pasar internasional. Sementara, produksi dalam negeri terbatas, sehingga importasi masih menjadi solusi bagi Indonesia.
"Negara-negara yang selama ini memasok kedelai ke Indonesia, seperti Brasil dan negara Amerika latin lainnya sedang mengalami anomali cuaca sehingga gagal panen. Kondisi itu diperparah oleh terjadinya inflasi di Amerika Serikat yang menyebabkan harga kedelai mengalami lonjakan," kata Yuris Tiyanto, Direktur Aneka Kacang dan Umbi, dalam keterangan resminya, Jumat malam (18/2/2022).