Harga Kedelai Naik, Pengusaha Keripik Tempe di Malang Tetap Berproduksi
Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Pekerja menggoreng keripik tempe untuk dijual ke berbagai kota di sentra perajin keripik tempe. | Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Harga kedelai di Kota Malang, Jawa Timur, terus merangkak hingga menjadi Rp 11 ribu per kilogram. Kondisi ini pun membuat para pengusaha keripik tempe di Kota Malang semakin 'tercekik'.
Pemilik usaha Keripik Tempe Rohani, Trio Andi Cahyono mengatakan, sejauh ini bahan baku tempe sebenarnya tidak langka. Orang-orang tidak merasa kebingungan untuk mendapatkan bahan tersebut. Yang bermasalah lebih pada harga kedelai yang terus melonjak dari waktu ke waktu.
"Kalau harga normal sebelum Covid-19 itu Rp 7.500. Terus setelah Covid-19 naik, naik dan naik sampai Rp 9.500. Terus sebelum ada kenaikan sampai Rp 11 ribu, tertinggi Rp 9.800 sampai 9.900. Terus naik sampai Rp 11 ribu sekarang. Ini berlangsung kurang lebih dua sampai tiga mingguan," kata Trio saat dikonfirmasi Republika.co.id, Senin (21/2/2022).
Trio mengaku, sangat keberatan dengan adanya kenaikan harga kedelai. Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya penerapan PPKM level di Kota Malang. Jika pelevelan PPKM kembali naik, maka akan semakin memberatkan pelaku usaha.
Usaha keripik tempe milik Trio ini sudah melakukan pengurangan ukuran kemasan sejak harga minyak goreng naik. Keripik yang semula berukuran 200 gram berkurang menjadi 165 gram. Ukuran tersebut dijual dengan harga sama hingga sekarang.
Trio belum bisa mengambil langkah pengurangan ukuran keripik tempe kembali. Pasalnya, dia sudah melakukan langkah tersebut pada dua bulan lalu. Hal tersebut dilakukan saat harga minyak goreng melonjak di masa awal sebelumnya.
Berdasarkan pengamatan Trio, banyak konsumen terkejut dengan perubahan ukuran keripik tempe. "Karena kekurangan sebenarnya hanya dua slice keripik kalau di keripik tempe. Tapi orang kadang-kadang 'kok jadi segini', gitu saja. Ya kami jelaskan bahwa adanya kenaikan harga minyak goreng yang di awal-awal dulu," jelasnya.
Meskipun ada banyak kenaikan harga bahan baku, Trio menegaskan, akan berupaya untuk bertahan. Selama pihaknya masih bisa produksi dan menjual keripik, maka dipastikan aman-aman saja. Hal yang kurang hanya pada nilai keuntungan yang jauh dari masa normal.
Di samping itu, Trio juga mendorong agar pemerintah bisa mengambil langkah pasti mengenai kenaikan harga kedelai. Pemerintah seharusnya bisa mengantisipasi apalagi Indonesia dalam waktu dekat akan memasuki momen Ramadhan dan Lebaran.
Dua momen tersebut biasanya akan terjadi lonjakan harga di sejumlah komoditas. "Dan khususnya untuk kedelai dan minyak, kalau bisa, sebelum momen ini harus bisa diatasi," ujarnya.