REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Keberhasilan menjuarai Badminton Asia Team Championship (BATC) 2022 menjadi momentum kebangkitan prestasi tim putri bulu tangkis Indonesia. Dengan capaian ini, diharapkan ada konsistensi prestasi yang diukir oleh Srikandi Indonesia baik di ajang kejuaraan bulu tangkis perseorang maupun beregu level dunia.
“Harus diakui setelah era Susi Susanti dan kawan-kawan, Indonesia masih belum mampu konsisten meraih prestasi tertinggi di ajang bulu tangkis putri baik level perseorang maupun beregu. Bahkan saat negara-negara yang tidak mempunyai tradisi bulu tangkis kuat seperti India dan Spanyol melahirkan PV Sindhu dan Carolina Marin, prestasi bulu tangkis putri kita tetap adem-adem saja,” ujar Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda dalam keterangannya, Senin (21/2/2022).
Huda mengatakan, keberhasilan tim putri Indonesia juara di BATC 2022 merupakan capaian besar. Menurutnya, sejak dihidupkan kembali ajang ini per 2016 lalu, capaian terbaik Indonesia hanya semifinal. Sementara juara menjadi dominasi China dan Jepang. Sedangkan Korea Selatan konsisten masuk final meskipun belum pernah juara.
“Nah Indonesia masuk pertama kali ke final langsung juara. Ini tentu prestasi besar, membanggakan, dan membuat harapan melihat kebangkitan prestasi atlet putri bulu tangkis kita kembali mengembang,” katanya.
Harapan agar melihat kebangkitan atlet putri bulu tangkis Indonesia, kata Huda, bukan sekadar angan. Jika melihat usia dari tim bulu tangkis putri yang turun dalam kejuaraan BATC 2022, harapan mereka untuk berprestasi masih sangat panjang.
“Kita tahu Gregoria Mariska masih 23 tahun, Putri Kusuma Wardhani masih 20 tahun, dan Nita Violina Marwah masih 21 tahun. Tentu masa depan mereka masih panjang sehingga kita bisa berharap mereka meneruskan langkah gemilang dalam kompetisi bulu tangkis internasional,” katanya.
Politikus PKB ini menilai, Indonesia merupakan negara dengan tradisi bulu tangkis yang sangat kuat. Olah raga tepok bulu ini menjadi salah satu yang popular di Tanah Air. Bulu tangkis juga konsisten menjaga tradisi emas di ajang Olimpiade. Hanya saja dalam beberapa dekade terakhir sumbangan prestasi tersebut didominasi tim putra bulu tangkis Indonesia.
“Padahal di masa lalu prestasi tim putra maupun tim putri bulu tangkis kita relatif seimbang. Kita pun konsisten bersaing dengan China, Jepang, Korea, dan Denmark yang juga kerap melahirkan atlet-atlet putri hebat di cabang bulu tangkis,” katanya.
Huda berharap Kementerian Pemuda dan Olah Raga maupun PBSI mampu menjaga konsistensi prestasi atlet putri bulu tangkis Indonesia. Kompetisi kelompok umur yang ajeg, persaingan terbuka level Pelatnas, hingga jaminan transparansi pembagian hasil kerja sama dengan pihak ketiga menjadi poin penting untuk memacu prestasi individu atlet putri nasional.
“Selain itu setelah diundangkannya UU Keolahragaan kemarin, kami berharap agar mekanisme atlet kita masuk dalam sistem jaminan sosial bisa segera dibuat dan diimplementasikan. Ini penting diterapkan untuk memastikan para atlet kita masuk perlindungan kecelakaan, jaminan hidup, dan jaminan hari tua,” ujar Huda.