REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX DPR RI, Elva Hartati, mengatakan tata kelola vaksin harus terus dibenahi, termasuk rantai distribusinya. Elva meminta pemerintah daerah baik itu ditingkat provinsi, kabupaten dan kota saling berkoodinasi dengan masif dan tidak saling menunggu.
"Pemda harus terus melakukan strategi jemput bola dan door to door untuk meningkatkan vaksinasi sehingga vaksin tidak menumpuk," kata Elva Hartati, Senin (21/2/2022).
Elva mengatakan, Covid-19 tidak bisa dianggap enteng walaupun banyak yang menyamakan dengan flu. Ia mengatakan, varian Omicron harus dipahami sebagai varian Covid yang sangat mudah menular.
"Dan jika orang tua kita dan mereka yang mempunyai komorbid, akibatnya bisa sangat fatal, terutama bagi yang belum divaksin," ujarnya.
Untuk itu, kata dia, Komisi IX DPR tidak henti-hentinya melakukan sosialisasi untuk protokol kesehatan dan mengajak masyarakat untuk segera vaksin. "Jangan sampai kita kehilangan orang yang kita sayangi sampai sadar bahwa Covid-19 ini serius," ucapnya.
Elva melihat pemerintah pusat menerima laporan dari pemda melalui laporan harian. Dia juga menyarankan agar pemerintah pusat sebaiknya meningkatkan sampling acak ke sentra sentra vaksinasi untuk memantau pelaksanaan di lapangan.
"Pemerintah pusat bisa juga memaksimalkan laporan dari masyarakat dengan membuka desk secara virtual. Ada banyak cara inovasi untuk percepatan program vaksinasi," ujarnya.
Sementara itu, Ahli Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan menilai pelaksanaan vaksinasi yang baik dan cepat hanya dapat terjadi jika ada kerja sama yang baik antara pemerintah pusat dan daerah. "Saat ini pemerintah pusat sudah baik dalam penyediaan dan alokasi stok vaksin," kata Iwan.
Dia juga menilai pelaksanaan di kabupaten/kota sebagian besar sudah baik tetapi ada beberapa kabupaten/kota yang lambat vaksinasinya. "Mereka ini yang perlu dipantau masalahnya apa dan solusinya seperti bagaimana. Pada rapat koordinasi mingguan, tiap kabupaten/kota yang cakupan rendah dibahas dan dicarikan solusi yang disepakati untuk segera dilaksanakan," jelasnya.
Maka itu, menurut dia, jumlah orang yang divaksinasi harus terus dikejar. “Peningkatan cakupan yang lambat sering terjadi pada lansia karena kesulitan mereka untuk datang ke tempat vaksinasi. Dalam kondisi ini pemda harus lebih aktif untuk mendatangi mereka langsung ke rumah-rumah,” ungkapnya.
Dia membeberkan data di Indonesia, baik saat periode Delta maupun Omicron menunjukkan orang yang belum divaksinasi, risiko untuk menjadi berat dan meninggal 5-15 kali (tergantung umur dan komorbid) lebih tinggi dari yang sudah divaksinasi 2 dosis.
"Jadi vaksinasi Covid-19 di Indonesia sudah terbukti bermanfaat untuk mencegah terjadinya keparahan dan meninggal karena Covid-19. Masyarakat perlu menyadari ini dan saat ini komunikasi tentang manfaat vaksinasi ini juga semakin ditingkatkan oleh Kemenkes," pungkasnya.