Senin 21 Feb 2022 19:00 WIB

DMI Galakkan Proses Literasi di Masjid

Selama ini DMI sudah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan litetasi di masjid.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Pengunjung membaca kitab kuno bertema Islam di perpustakaan Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Solo, Solo, Jawa Tengah, Jumat (16/4/2021). Perpustakaan yang berisi koleksi naskah kuno, kitab kuning dan buku-buku bertema Islam tersebut menjadi salah satu daya tarik pengunjung di Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat saat Bulan Ramadhan.
Foto: Antara/Maulana Surya
Pengunjung membaca kitab kuno bertema Islam di perpustakaan Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Solo, Solo, Jawa Tengah, Jumat (16/4/2021). Perpustakaan yang berisi koleksi naskah kuno, kitab kuning dan buku-buku bertema Islam tersebut menjadi salah satu daya tarik pengunjung di Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat saat Bulan Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI), Imam Addaruqutni mengatakan, pihaknya terus menggalakkan proses literasi di masjid, baik melalui proses kajian-kajian maupun melalui perpustakaan yang berkualitas.

"DMI juga menggalakkan proses literasi dalam berbagai hal itu. Nanti kalau perpustakaan tetap kita dukung," ujar Imam saat dihubungi Republika.co.id, Senin (21/2). 

Baca Juga

Menurut dia, selama ini DMI sudah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan litetasi di masjid. Namun, kata dia, setiap masjid memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menjalankan misi tersebut. 

"Memang di antara fungsinya itu ada proses literasi yang terus kita jalankan. Hanya kan kemampuan masyarakat atau masjid itu beda-beda," ucap dia. 

Dia menuturkan, untuk meningkatkan literasi di masjid itu tidak harus melalui perpustakaan saja, tapi juga bisa melalui berbagai macam bentuk kegiatan. 

"Biasanya itu juga mengalir dari mimbar, seperti kajian-kajian itu juga termasuk literasi. Jadi, proses literasi itu tidak harus menunjuk pada apa yang disebut perpustakaan, tapi proses pencerahan berbasis masjid yang umumnya mengalir dari mimbar," kata Imam.

Dia menjelaskan, pendirian perpustaan di masjid sebenarnya juga berhubungan dengan tradisi baca masyarakat Indonesia yang masih rendah. Dia pun mencontohkan seperti di perpustakaan Masjid Istiqlal. 

"Di Istiqlal juga ada perpustakaan cukup besar. Tapi, orang yang berkunjung ke perpustakaan itu sedikit. Bahkan di Perpusatakaan Nasional itu pengunjungnya dibandingkan perpustakaan umum di berbagai negara kita termasuk paling rendah," jelas Imam. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement