REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO—Islam mengajarkan umatnya untuk menghormati dan berbakti kepada sosok ibu demi mendapat ridhanya. Kedurhakaan kepada ibu diyakini sebagai dosa besar yang juga akan mendapat ganjaran sejak masih di dunia.
Dilansir dari Elbalad, besarnya dosa durhaka kepada ibu dijelaskan Sekretaris Lembaga Fatwa Mesir, Daar Iftaa, Syekh Uwaida Utsman. Dia menyebut durhaka kepada ibu akan mendapat balasan langsung di dunia dan seseorang harus benar-benar bertaubat dan meminta ampunan Allah SWT agar dosa durhakanya diampuni.
Menurutnya, berbakti kepada orang tua adalah fardhu 'ain, atau amal ibadah yang tidak boleh digantikan perannya. Dalam “Al-Mahit al-Burhani fi al-Fiqh al-Nu’mani” disebutkan, taat dan berbakti kepada orang tua adalah kewajiban khusus yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain.
Para ulama juga telah sepakat bahwa durhaka kepada orang tua adalah dosa besar. Imam al-Nawawi berkata: “Para ulama sepakat tentang perintah untuk menghormati orang tua, dan bahwa durhaka kepada mereka dilarang dan masuk dosa besar."
Nabi Muhammad SAW bersabda:
- عن أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ ثلاثا: الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ، فَقَالَ: أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ. فَمَا زَالَ يَقُولُهَا حَتَّى قُلْتُ: لَا يَسْكُتُ
Artinya: Dari Abu Bakrah RA dia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang termasuk dari dosa besar? Kami menjawab; “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau mengulanginya tiga kali seraya bersabda: “Menyekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang tua.” -ketika itu beliau tengah bersandar, kemudian duduk lalu melanjutkan sabdanya: “Perkataan dusta dan kesaksian palsu, perkataan dusta dan kesaksian palsu.” Beliau terus saja mengulanginya hingga saya mengira (khawatir) beliau tidak akan diam.” (HR. Bukhari).
Balasan kedurhakaan
Nabi Muhammad SAW menyebut orang-orang durhaka kepada orang tua dengan mencela atau mencaci mereka. Sungguh celaan tersebut akan kembali kepada anak.
Nabi bersabda:
عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « مَلْعُونٌ مَنْ سَبَّ أَبَاهُ مَلْعُونٌ مَنْ سَبَّ أُمَّهُ مَلْعُونٌ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ مَلْعُونٌ مَنْ غَيَّرَ تُخُومَ الأَرْضِ مَلْعُونٌ مَنْ كَمَهَ أَعْمَى عَنْ طَرِيقٍ مَلْعُونٌ مَنْ وَقَعَ عَلَى بَهِيمَةٍ مَلْعُونٌ مَنْ عَمِلَ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ »
Artinya: Dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Terlaknatlah orang yang melaknat bapaknya. Terlaknatlah orang yang melaknat ibunya. Terlaknatlah orang yang menyembelih untuk selain Allah. Terlaknatlah orang yang merubah batas tanah. Terlaknatlah orang yang menyesatkan orang yang buta dari jalan. Terlaknatlah orang yang menyetubuhi hewan (zoophilia). Terlaknatlah orang yang berkelakuan seperti kaum Luth.” (HR. Ahmad).
Balasan berbakti
Balasan besar dari berbakti kepada orang tua, khusunya pernah ditunjukkan dalam kisah Uwais bin Amir atau Uwais Al-Qarni. Sosok Uwais disembuhkan penyakitnya, diangkat derajatnya oleh Allah SWT hingga dikenal sebagai pemuda langit.
Capaian-capaian Uwais itu terjadi karena baktinya kepada Ibu. Teladan yang bisa dipraktikkan oleh setiap anak untuk memperoleh ridha Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
” رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ "
Artinya:" Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua." Alkhaledi kurnialam