REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV — Israel melakukan uji sistem pertahanan udara angkatan laut terbaru pada Senin (21/2/2022). Langkah ini dilakukan untuk mencegat serangkaian ancaman yang diyakini akan dilakukan Iran bersama dengan pendukungnya di wilayah negara itu.
Sistem pertahanan udara Israel yang terbaru bernama C-Dome. Ini adalah versi angkatan laut dari Iron Dome yang telah digunakan untuk menembak jatuh roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza selama dekade terakhir. C-Dome sedang dipasang di kapal perang korvet generasi terbaru Israel, yang melindungi garis pantai Israel dan aset gas alam lepas pantai di Mediterania. Tes yang dilakukan mensimulasikan sejumlah ancaman yang masuk, termasuk roket, rudal jelajah, dan drone atau pesawat tak berawak.
“Sistem yang kami kembangkan sebagai bagian dari susunan pertahanan rudal multi-tingkat Israel memungkinkan kami untuk beroperasi melawan proksi Iran di kawasan itu dan bertahan melawan sistem senjata mereka, yang terus ditingkatkan,” ujar Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz.
Gantz mengatakan Israel tetap berada dua langkah di depan para musuh. Ia juga menyebut negaranya akan terus mengembangkan dan meningkatkan kemampuan untuk menjaga keunggulan keamanan. Kementerian Pertahanan Israel mengatakan tes dilakukan baru-baru ini tapi tidak memberikan waktu tepat pelaksanaan.
C-Dome akan menjadi bagian dari sistem pertahanan rudal multilayer Israel, mencakup senjata yang mampu mencegat segala sesuatu mulai dari rudal jarak jauh hingga roket jarak pendek. Sebelumnya, Hizbullah, kelompok yang didukung Iran meluncurkan sepasang pesawat tak berawak ke wilayah udara Israel pekan lalu. Iran diyakini juga akan menandatangani kesepakatan nuklir internasional baru dengan kekuatan global yang akan membebaskannya dari sanksi yang melumpuhkan.
Israel menentang kesepakatan itu dengan menuding Iran akan mengalihkan dana yang baru dirilis ke kelompok seperti Hizbullah. Sebelumnya, organisasi ini secara terbuka menargetkan platform gas Israel jika pertempuran pecah. Israel dan Hizbullah terlibat perang selama sebulan pada 2006. Selama pertempuran itu, Hizbullah menembakkan sebuah rudal yang menghantam sebuah kapal perang Israel, menewaskan empat tentara Israel.