Selasa 22 Feb 2022 15:16 WIB

Morrison: Australia Berhak Awasi Kapal Angkatan Laut China

Morrison membantah tuduhan pesawat itu terbang terlalu dekat dengan kapal China.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Kapal fregat berpeluru kendali tipe 054A bersiap untuk berlabuh di Pelabuhan Selatan Manila, 17 Januari 2019. Kementerian Pertahanan Australia mengatakan kapal Angkatan Laut (AL) China mengarahkan laser ke pesawat militer mereka yang terbang di bagian utara Australia.
Foto: AP Photo/Bullit Marquez
Kapal fregat berpeluru kendali tipe 054A bersiap untuk berlabuh di Pelabuhan Selatan Manila, 17 Januari 2019. Kementerian Pertahanan Australia mengatakan kapal Angkatan Laut (AL) China mengarahkan laser ke pesawat militer mereka yang terbang di bagian utara Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri Australia Scott Morrison  mengatakan pesawat pemantau Australia hanya melakukan pekerjaannya ketika "diancam" dengan laser oleh kapal Angkatan Laut (AL) China. Ia membantah tuduhan Beijing pesawat itu terbang terlalu dekat dengan kapal China.

Pesawat patroli maritim P-8A Poseidon mendeteksi laser AL Tentara Pembebas Rakyat (PLA) China pada Kamis lalu (17/2/2022) lalu. Australia telah merilis foto dua kapal AL China yang berlayar terlalu dekat dengan pantai utara Negeri Kanguru.

Baca Juga

Departemen Pertahanan Australia mengatakan pesawat patroli melepaskan sonoboya setelah disinari dengan laser. Departemen mengatakan alat pemantauan itu tidak membahayakan pelayaran kapal-kapal China.

"Pesawat pemantau kami memiliki hak untuk berada di zona ekonomi eksklusif kami dan mengawasi apa yang orang lakukan di sana," kata Morrison pada wartawan, Selasa (21/2) .

"Fakta mereka terancam sangat mengecewakan," tambahnya.

Departemen Pertahanan Australia mengatakan kapal destroyer dengan rudal jelajah dan kapal perang amfibi atau Amphibious Transport Dock (ATD) China berlayar melalui Laut Arafura di antara Australia dan New Guinea. Dua kapal itu kemudian berlayar melalui Selat Torres.

ATD merupakan kapal perang amfibi yang digunakan dalam pertempuran darat untuk misi-misi perang gerak cepat. China mengatakan dua kapal mereka memiliki hak hukum untuk berlayar di perairan internasional, Australia membantahnya.

Pada Senin (21/2/2022) kemarin Kementerian Pertahanan Cina mengatakan pesawat pemantau menjatuhkan sonoboya yang dapat mendeteksi kapal selam di dekat kapal-kapal China dan mengambang sekitar 4 kilometer dari konvoi tersebut. China mengatakan langkah tersebut "berbahaya dan provokatif."

Departemen Pertahanan Australia mengatakan pesawat mereka bertindak dengan cara yang aman. Selain itu menggunakan sonoboya untuk pengawasan maritim merupakan praktik yang lumrah.

"Sonoboya tidak digunakan sebelum kapal AL-PLA mengarahkan lasernya ke pesawat P-8A pada 17 Februari. Beberapa sonoboya digunakan setelah insiden itu tetapi dijatuhkan di air dengan jarak yang signifikan di depan kapal AL-PLA,” kata Departemen Pertahanan.

Mereka menambahkan perangkat tersebut "mengumpulkan data akustik pasif" dari kapal dan kapal selam. Departemen mengatakan pesawat Australia terbang sejauh 7,7 kilometer dari kapal AL China saat disinari laser.

Departemen menegaskan jarak terdekat mereka 3,9 kilometer. Sesuai standar inspeksi visual untuk mengawasi kapal.

"Australia berharap semua kapal asing yang memasuki zona maritim untuk mematuhi hukum internasional, terutama UNCLOS (United Nations Convention of the Laws of the Sea)," tambah departemen dalam pernyataannya.

Terpisah, Morrison mengumumkan akan akan menggelontorkan 804 juta dolar Australia atau 578 dolar AS untuk membeli drone dan helikopter dan membangun stasiun bergerak di Antartika. Sebab, katanya, Australia perlu "mengawasi" kawasan.

Ia mengatakan China tidak memiliki objektif yang sama dengan Australia di Antartika yang sekitar 42 persen wilayahnya diklaim Australia. Beijing ingin mengeksploitasi sumber daya di sana.

"Kami harus mengawasi Antartika, karena ada yang memiliki objektif yang berbeda dari kami," kata Morrison.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement