Selasa 22 Feb 2022 16:01 WIB

Survei: Tiga dari Empat Orang di Dunia Ingin Plastik Sekali Pakai Segera Dilarang

Tiga dari empat orang di seluruh dunia ingin plastik sekali pakai dilarang segera

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Relawan mengaitkan botol plastik bekas saat pembuatan instalasi Museum Plastik di Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) di Gresik, Jawa Timur, Kamis (9/9/2021). Hasil survei tunjukkan tiga dari empat orang di seluruh dunia ingin plastik sekali pakai dilarang sesegera mungkin.
Foto: ANTARA/Zabur Karuru/aww.
Relawan mengaitkan botol plastik bekas saat pembuatan instalasi Museum Plastik di Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) di Gresik, Jawa Timur, Kamis (9/9/2021). Hasil survei tunjukkan tiga dari empat orang di seluruh dunia ingin plastik sekali pakai dilarang sesegera mungkin.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tiga dari empat orang di seluruh dunia ingin plastik sekali pakai dilarang sesegera mungkin. Hasil tersebut menurut jajak pendapat IPSOS terhadap lebih dari 20 ribu orang di 28 negara yang rilis pada Selasa (22/2/2022).

Persentase orang yang menyerukan larangan naik dari 71 persen sejak 2019. Sementara mereka yang mengatakan mereka menyukai produk dengan sedikit kemasan plastik naik menjadi 82 persen dari 75 persen.

Aktivis mengatakan hasil tersebut mengirimkan pesan yang jelas pemerintah untuk terus maju dengan perjanjian ambisius untuk mengatasi limbah plastik.

"Orang-orang di seluruh dunia telah memperjelas pandangan mereka. Tanggung jawab dan peluang sekarang ada pada pemerintah untuk mengadopsi perjanjian plastik global ... sehingga kita dapat menghilangkan polusi plastik," kata direktur jenderal WWF International  Marco Lambertini merujuk pada acara Majelis Lingkungan PBB yang dijadwalkan pada 28 Februari hingga 2 Maret di ibu kota Kenya.

Hampir 90 persen dari peserta yang disurvei mengatakan mendukung perjanjian yang mewajibkan semua negara untuk menghilangkan masalah plastik. Namun, mereka masih menunggu keputusan kesepakatan semacam itu akan fokus pada pengumpulan dan daur ulang sampah atau mengambil tindakan yang lebih radikal seperti membatasi produksi dan penggunaan plastik sekali pakai.

Menurut sebuah Studi WWF dirilis bulan ini, jika PBB tidak dapat menyepakati kesepakatan untuk mengerem polusi plastik, akan ada kerusakan ekologi yang meluas selama beberapa dekade mendatang. Kondisi ini menempatkan beberapa spesies laut dalam risiko kepunahan dan menghancurkan ekosistem sensitif seperti terumbu karang dan bakau.

Kemungkinan akan memakan waktu setidaknya dua tahun untuk menyelesaikan setiap perjanjian. Tapi poin yang disepakati pada konferensi Nairobi  akan menentukan elemen kunci dari kesepakatan apa pun.

Dukungan terbesar untuk larangan plastik sekali pakai dalam jajak pendapat datang dari negara-negara seperti Kolombia, Meksiko dan India, negara-negara berkembang di ujung tajam krisis sampah. Jajak pendapat IPSOS juga menunjukkan bahwa 85 persen responden secara global menginginkan produsen dan pengecer bertanggung jawab untuk mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang kemasan plastik, naik dari 80 persen sebelumnya.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement