RS Muhammadiyah Gresik Libatkan 'Aisyiyah Skrining Pasien TB
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Kegiatan pelatihan kader 'Aisyiyah agar dapat melakukan skrining tuberculosis. | Foto: Dokumen.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- RS Muhammadiyah Gresik menyiapkan cara unik dalam memantau pasien Tuberculosis atau TB. Yakni dengan kotak obat khusus pasien TB. Wakil Direktur Medis RS Muhammadiyah Gresik, dr Farida Nuraini, menyatakan, pihaknya memiliki satu lemari khusus untuk obat pasien TB.
"Nah, kotak obat pasien TB itu disimpan di sana. Jadi, kami bisa pantau jika ada pasien yang tidak kembali atau lama tidak datang ke rumah sakit. Dari pemantauan itu, pasien dapat dilacak, misalnya memang sudah meninggal, pindah kota, atau mangkir," ujar Farida, Selasa (22/2/2022).
RS Muhammadiyah Gresik juga diakuinya selalu memotivasi pasien untuk melakukan kontrol dan perawatan teratur di Poli TB. Ini merupakan bagian dari upaya vertikal RS Muhammadiyah dalam mengobati dan merawat pasien TB dengan efektif.
Apalagi, kata dia, kemungkinan pasien tidak menyelesaikan pengobatan sangat terbuka lebar. Selain cara vertikal atau pengobatan di rumah sakit, RS Muhammadiyah Gresik juga berupaya untuk menemukan kasus TB sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya dengan langkah horizontal.
Yakni, dengan menemukan atau skrining suspek TB yang banyak dan baik, atau mengejar kualitas dan kuantitas melalui jejaring dengan kader 'Aisyiyah. Farida menjelaskan, selama pandemi Covid-19, jejaring ini sempat tertunda.
Namun, akan diaktifkan kembali dengan memberikan pelatihan bagi 100 kader 'Aisyiyah agar dapat melakukan skrining TB. “Jadi, kader 'Aisyiyah ini diberikan pengetahuan mengenai TB, komunikasi efektif, sehingga dapat melakukan deteksi dini TB,” kata Farida.
Menurutnya, proses skrining awal di rumah sakit yang dapat dilakukan di IGD maupun rawat jalan. Pertama dengan diberikan lembar TB bagi pasien yang memiliki gejala batuk, pilek, demam, penurunan berat badan, hingga nyeri dada.
Akan tetapi karena gejala tersebut mirip dengan Covid-19, biasanya akan dilakukan penapisan, yakni melalui tes darah lengkap dan antigen atau PCR. Jika hasil tes PCR positif, pasien diduga terinfeksi Covid-19 akan dirawat sesuai kondisinya.
Sedangkan jika hasilnya negatif, pasien juga diperiksa riwayat komorbid seperti diabetes melitus, dan melakukan tes lanjutan. Di antaranya tes cepat molekuler (TCM) dan thorax foto.
“Sehingga tes berjalan simultan. Adakalanya antigen pasien positif dan TCM juga menyimpulkan adanya bakteri tuberculosis, jadi pasien menderita dua penyakit, TB dan Covid-19,” kata Farida.
Ia menambahkan, RS Muhammadiyah Gresik berkomitmen meningkatkan angka temuan pasien TB dan memberikan pengobatan dan perawatan terbaik. "Langkah-langkah horizontal dan vertikal yang kami lakukan di RS Muhammadiyah Gresik, semoga menjadi ikhtiar yang bisa membantu Indonesia bebas TB 2030,” ujarnya.