Rabu 23 Feb 2022 01:02 WIB

Nadiem: Sebagian Besar Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah

Bahasa menunjukkan peradaban dan budaya serta tradisi yang harus dilestarikan.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus raharjo
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyampaikan keterangan pers saat kunjungan kerja di Kampus Universitas Padjadjaran (UNPAD), Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung, Senin (17/1/2022). Dalam kunjungan kerja tersebut Mendikbudristek Nadiem Makarim berdialog dengan mahasiswa dan menghadiri serta meninjau pameran inovasi pada Festival Kampus Merdeka 3.0. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyampaikan keterangan pers saat kunjungan kerja di Kampus Universitas Padjadjaran (UNPAD), Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung, Senin (17/1/2022). Dalam kunjungan kerja tersebut Mendikbudristek Nadiem Makarim berdialog dengan mahasiswa dan menghadiri serta meninjau pameran inovasi pada Festival Kampus Merdeka 3.0. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengaku dari 718 bahasa daerah yang ada di Indonesia, sebagian besar kondisinya terancam punah dan kritis. Ia menekankan perlunya revitalisasi bahasa daerah agar khazanah bahasa di Indonesia tidak punah.

“Saat ini para penutur jati bahasa daerah banyak yang tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasa ke generasi berikutnya, sehingga khazanah kekayaan budaya, pemikiran, dan pengetahuan akan bahasa daerah terancam punah,” kata Nadiem saat meluncurkan "Merdeka Belajar Episode Ketujuh Belas: Revitalisasi Bahasa Daerah", secara virtual Selasa (22/2/2022).

Baca Juga

Nadiem menambahkan, untuk mengatasi hal itu, prinsip dari program revitalisasi bahasa daerah tersebut adalah dinamis, adaptif, regenerasi, dan merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya. Dia kemudian menerangkan maksud dari prinsip tersebut secara satu per satu.

"Dinamis, berorientasi pada pengembangan dan bukan sekedar memproteksi bahasa. Adaptif dengan situasi lingkungan sekolah dan masyarakat tuturnya. Regenerasi dengan fokus pada penutur muda di tingkat sekolah dasar dan menengah, serta merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya," ujar Nadiem.

Nadiem mengatakan, sasaran dari revitalisasi bahasa daerah itu adalah 1.491 komunitas penutur bahasa daerah, 29.370 guru, 17.955 kepala sekolah, 1.175 pengawas, serta 1,5 juta siswa di 15.236 sekolah. Untuk komunitas penutur, Kemendikbudristek akan melibatkan secara intensif keluarga, para maestro, dan pegiat pelindungan bahasa dan sastra.

"Melibatkan dalam penyusunan model pembelajaran bahasa daerah, pengayaan materi bahasa daerah dalam kurikulum, dan perumusan muatan lokal kebahasaan dan kesastraan," kata Nadiem.

Kemendikbudristek juga akan melatih para guru utama serta guru-guru bahasa daerah; mengadopsi prinsip fleksibiltas, inovatif, kreatif, dan menyenangkan yang berpusat kepada siswa; mengadaptasi model pembelajaran sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing; serta membangun kreativitas melalui bengkel bahasa dan sastra.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement