REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung menggalakkan lagi petani menanam kedelai lokal untuk menekan konsumsi impor kedelai saat harga tidak stabil. Rencananya, pemprov akan memperluas lagi lahan tanam kedelai untuk memasok kebutuhan lokal.
Mahalnya harga kedelai impor telah meresahkan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) belakangan ini. Usaha tahu dan tempe di wilayah Kota Bandar Lampung dan daerah menyiasati mahal harga kedelai dengan memperkecil ukuran produk, untuk mengimbangi terjadinya kerugian.
Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Lampung Kusnardi mengatakan saat ini sebagian besar pelaku usaha masih mengkonsumsi kedelai impor dibandingkan dengan kedelai lokal. “Memang saat ini masih mengonsumsi kedelai impor,” kata Kusnardi di Bandar Lampung, Selasa (22/2).
Masih tingginya konsumsi kedelai impor untuk bahan baku UMKM tersebut, dia mengatakan, bila terjadi gejolak harga memengaruhi industri rumah tangga tersebut. Sedangkan pasokan kedelai lokal masih kurang dan juga kalah bersaing mengenai kualitasnya.
Kusnardi mengatakan, sebagai upaya untuk mengatasi gejolak harga kedelai impor, pemerintah akan memperluas lahan tanam kedelai lokal, dan menggairahkan kembali petani untuk menanam kedelai. Bila upaya ini dapat dilakukan, maka besar kemungkinan akan terjadi swasembada kedelai di Lampung.
Untuk itu, ia berharap petani termotivasi lagi menanam kedelai. Karena harga kedelai lagi bagus sehingga dapat menguntungkan petani dan memberikan solusi bagi pelaku UMKM yang meresahkan harga kedelain impor mahal.
Ketergantungan dengan kedelai impor, dia mengatakan, akan turut berpengaruh dengan pasokan dan harga pasaran. Bila terjadi gejolak harga di negara produsen kedelai. “Bila terjadi fluktuasi harga karena gagal panen atau cuaca ekstrem, maka berpengaruh dengan nilai impor,” ujarnya.
Kusnardi mengakui, kualitas kedelai lokal yang ditanam petani memang masih jauh dari kualitas kedelai impor. Diharapkan dengan perluasan lahan tanam kedelai kualitas kedelai lokal menyamai dengan kedelai impor.
Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan, Ketahanan Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung pada tahun 2021 dari total lahan kedelai yang ada di Lampung seluas 2.580 hektare, telah ada 1.033 hektare lahan kedelai yang dipanen dengan produksi sebesar 612,8 ton.
Mahalnya harga kedelai impor, membuat pelaku UMKM tahu dan tempe di Sukadana, Kabupaten Lampung Timur, terpaksa mengecilkan produknya. Upaya tersebut untuk mengatasi terjadinya kerugian produksi dengan harga jual di pasaran.
Sumiati, pelaku UMKM tempe di Sukadana, mengatakan tidak ada jalan lain harga kedelai mahal, agar usaha tetap berlangsung dengan cara mengecilkan produk tempenya. “Dari pada berhenti usaha, lebih baik tempenya diperkecil, harganya tidak naik,” katanya.
Sedangkan penjual tahu dan tempe di Pasar Sukadana mengakui tempe dan tahu yang dijual sudah mengalami pengecilan ukuran. Sedangkan harga yang dipasarkan tidak naik. Harga tahu isi 10 buah dijual kisaran Rp 5.000 sampai Rp 10 ribu bergantung ukuran. Hal sama pada tempe dijual Rp 1.000 sampai Rp 5.000 per buah.