REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Merintis usaha memang tak mudah. Karena berulang kali terjatuh dan berulang kali juga harus bangkit dalam dunia usaha.
Menurut salah satu pengusaha maklon kosmetik terbesar di Jawa Barat, Michael Simon, hal itu pun dialami oleh perusahaannya. Namun, Simon yang juga pendiri sekaligus CEO PT SkinSol Kosmetik Industri yang kini beroperasi di Kabupaten Bandung Barat ini, ingin membantu UMKM dan BUMDes untuk berkembang.
Oleh karena itu, kata dia, ke depan, PT SkinSol Kosmetik Industri juga tengah konsen untuk mewadahi para pelaku UMKM dan BUMDes untuk ikut terjun dalam industri kosmetik. Sehingga, bisa meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya masyarakat Bandung Raya dimana perusahaannya lahir.
"Karena melihat pontensi skincare yang akan menjadi kebutuhan primer berbekal seorang istri yang gemar berdagang dan mencintai industri kosmetik," ujar Simon kepada wartawan, Selasa (22/2/2022).
Simon mengatakan, seiring dengan tingginya permintaan produksi kosmetik di perusahaannya, dia juga terus melengkapi pabriknya dengan mesin-mesin canggih dari sebelumnya. Sehingga dapat menampung kapasitas produksi mencapai 1.000 kg per hari.
Sehingga, kata dia, kini sudah lebih dari 200 merek kosmetik memproduksi produknya di perusahaannya. Sehingga, peningkatan mutu produksi dengan sistem otomasi terus ditingkatkan.
Tantangan terbesarnya, kata dia, adalah meyakinkan customer untuk dapat memproduksi kosmetik di pabrik kita yang memiliki kualitas tidak kalah dengan produk internasional. Namun hal itu, tentu tidak menjadi halangan pabrik skin solution selalu mengupgrade dari mulai bahan, SDM hingga alat untuk menyuguhkan produk yang berkualitas.
"Sehingga, dapat bersaing di industri kosmetik luar maupun dalam negeri," ujar Pengurus Komite Tetap Industri Kosmetik Kadin Kota Bandung serta Wakil Ketua Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi) Jawa Barat ini.
Menurut Suami dari Rizky Ananda ini, SDM bagi dirinya sangat berharga. Karena, pengalamannya menjadi karyawan orang lain membawa dirinya menyadari bahwa karyawan yang sudah bekerja pada perusahaannya sebagai aset berharga.
Sehingga, kata dia, bertekad untuk menyejahterakan para karyawan agar perusahaannya terus bisa berkembang dengan dibantu oleh karyawan yang bahagia. "Pengalaman menjadi karyawan pabrik tekstil membuat saya mengerti bagaimana rasanya menjadi karyawan. Oleh karena itu, saya berusaha untuk benar-benar memanusiakan karyawan," katanya.
Menurutnya, karyawan yang loyal dan berprestasi, di perusahaannya diberi penghargaan. Seperti bonus uang, umrah ke Tanah Suci, kepemilikan motor dan mobil dengan biaya ditanggung perusahaan. Ke depannya juga, ia tengah menyiapkan perumahan buat karyawan. Hal ini dilakukan karena ia sadar bahwa karyawanlah penggerak roda perusahaan. "Tanpa karyawan, kita tidak akan bisa berkembang dengan baik,” katanya.