Rabu 23 Feb 2022 00:01 WIB

Sentimen anti-Muslim Menyebar Cepat di Asia, Ada Apa?

Muslim menjadi sasaran dan dikriminalisasi di seluruh benua, termasuk Asia.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Mahasiswa dari Universitas Karachi meneriakkan slogan-slogan menentang India setelah seorang gadis Muslim di negara bagian Karnataka ditolak masuk ke perguruan tinggi karena menentang larangan hijab negara bagian, di Karachi, Pakistan, 14 Februari 2022.
Foto: EPA-EFE/SHAHZAIB AKBER
Mahasiswa dari Universitas Karachi meneriakkan slogan-slogan menentang India setelah seorang gadis Muslim di negara bagian Karnataka ditolak masuk ke perguruan tinggi karena menentang larangan hijab negara bagian, di Karachi, Pakistan, 14 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID,  ISTANBUL -- Kepala departemen Muslim dan Minoritas di Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Hassan Abdein mengatakan, para pemimpin politik di Asia memperburuk masalah sentimen anti-Muslim dengan memberikan pidato-pidato yang menghasut untuk keuntungan pemilu. Hal ini ia sampaikan pada seminar internasional dua hari tentang Muslim dan hak asasi manusia di Istanbul.

“Baik di Myanmar dan Sri Lanka, kami melihat satu kelompok tertentu memobilisasi ujaran kebencian,” kata Abdein, merujuk pada biksu Buddha yang secara terbuka menyerukan genosida terhadap Muslim, dilansir dari laman TRT World pada Selasa (22/2/2022).

Baca Juga

Adapun Panel ahli, diplomat, tokoh masyarakat, dan aktivis berbicara tentang Situasi Muslim di Asia pada seminar dua hari tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dihadapi oleh umat Islam di Istanbul, 16-17 Februari 2022.

Abdein mengatakan, Asia adalah rumah baru kapitalisme, dan meskipun jauh lebih beragam, itu menampung ratusan orang etnis, Asia menderita populisme elektoral yang gelap. Ini disebut salah satu efek eksploitatif globalisasi.

Menurut dia, di bawah pakaian keamanan nasional, muslim menjadi sasaran dan dikriminalisasi di seluruh benua. Dia mengatakan, karena umat Buddha telah menjadi minoritas di anak benua yang didominasi Hindu, mereka telah merekayasa narasi korban untuk memobilisasi populasi Buddha di negara-negara mayoritas Buddha seperti, Myanmar dan Sri Lanka.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement