REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Mufti Mesir yang juga anggota Dewan Ulama Senior Al-Azhar Mesir Syekh Ali Jum'ah menjelaskan, perjalanan Isra Mikraj memang tidak disaksikan oleh siapapun. Karena itu, dia mengatakan, Isra Mikraj berada di atas mukjizat.
"Isra Mikraj tidak bertujuan untuk menghalangi manusia (menyaksikannya). Karena tujuannya memang bukan itu, melainkan untuk membangun akidah," tutur dia seperti dilansir Elbalad, Selasa (22/2/2022).
Lantas, keimanan seperti apa yang ingin dibangun melalui Isra Mikraj?
Syekh Jum'ah menjelaskan mukjizat beberapa Nabi. Di antaranya mukjizat Nabi Musa yang dapat membelah lautan dan mengubah tongkat yang dilemparnya menjadi ular, dengan disaksikan banyak orang.
Namun, meski di luar nalar manusia, mukjizat tersebut tidak melanggar hukum alam semesta. Ini berbeda dengan Isra Mikraj yang menurut Syekh Jum'ah, melanggar hukum alam semesta. Dia kemudian mengutip Surat Al-Isra ayat 1:
"Allah SWT Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."
"Kemudian Nabi SAW naik ke Sidratul Muntaha lalu kembali ke tempat tidurnya. Jadi apa artinya ini? Ini berarti kecepatannya jauh lebih cepat daripada kecepatan cahaya," tutur Syekh Jum'ah.
Dia menambahkan, tidak ada di alam semesta ini yang bisa lebih cepat daripada kecepatan cahaya. Karena itu, Isra Mikraj memberikan pesan bahwa Allah SWT berkuasa atas segala sesuatu. Orang beriman menyadari, perjalanan Nabi SAW ke langit pada malam hari adalah karena kehendak Allah SWT.
"Api tidak membakar dengan sendirinya, tetapi atas kehendak Allah SWT. Allah SWT menciptakan api jika memang Dia menghendaki," paparnya.
Dari perjalanan Isra Mikraj ini juga, Syekh Jum'ah mengatakan, seharusnya umat Muslim bertawakal kepada Allah SWT atas segala sesuatu. "Sungguh seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezekinya burung-burung. Mereka berangkat pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang" (HR Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Al-Hakim, Ibnu Hibban, dan Al-Mubarak dari Umar bin Khattab).
Sumber: https://www.elbalad.news/5173487