Selasa 22 Feb 2022 20:58 WIB

Johnson Janji Sanksi Inggris ke Rusia akan Berdampak Keras

Inggris akan segera menerapkan sanksi ekonomi pada Rusia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pemerintahnya akan segera menerapkan sanksi ekonomi pada Rusia.
Foto: AP/Matt Dunham
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pemerintahnya akan segera menerapkan sanksi ekonomi pada Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pemerintahnya akan segera menerapkan sanksi ekonomi pada Rusia.  Hal ini diumumkan setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan pengerahan pasukan ke dua daerah yang memisahkan diri dari Ukraina.

Saksi mata melihat tank-tank dan peralatan militer lainnya bergerak menuju Kota Donetsk yang dikuasai separatis Ukraina. Tidak lama setelah Putin mengakui kemerdekaan dua daerah di Ukraina timur itu dan memerintahkan pengerahan pasukan Rusia untuk "menjaga perdamaian."

"Kami akan segera menerapkan paket sanksi ekonomi," kata Johnson pada wartawan, Selasa (22/2/2022).

"Saya harus tekankan, ini merupakan sanksi ekonomi pertama Inggris pada Rusia, sebab seperti yang saya khawatirkan, kami memprediksi akan ada perilaku tidak logis Rusia lainnya yang akan datang," tambah Johnson.

Johnson mengatakan ia akan menetapkan sanksi di House of Commons. Johnson menambahkan sanksi-sanksi itu tidak hanya menargetkan entitas di Donbass dan Luhansk yang diakui sebagai negara merdeka oleh Rusia. Tapi juga mengincar kepentingan ekonomi Rusia.

Sebelumnya Johnson juga telah mengancam memutus akses perusahaan Rusia pada dolar AS dan poundsterling. Menghalangi mereka untuk mengumpulkan modal dan mengungkapkan kepemilikan properti dan perusahaan "boneka Rusia" di London.

Britania belum mengungkapkan siapa yang akan disanksi tapi berjanji tidak akan ada tempat bagi oligarki Rusia untuk bersembunyi. Johnson mengatakan bank-bank Rusia bisa jadi entitas yang menjadi subjek sanksi.  

Sejak Uni Soviet runtuh pada 1991 lalu ratusan miliar dolar mengalir dari Rusia ke London dan teritori Britania lainnya. London menjadi kota di negara Barat yang dipilih orang-orang kaya raya Rusia dan banyak negara bekas Uni Soviet lainnya.

Johnson mengatakan Putin telah "salah hitung." Ia menambahkan Moskow tampaknya bertekad untuk menggelar invasi skala penuh ke negara tetangganya. Sebelumnya Johnson mengetuai rapat darurat komite keamanan nasional Inggris.  

"Saya kira tragedi situasi saat ini karena Presiden Putin mengeliling diri pada penasihat-penasihat memiliki pikiran yang sama yang memberitahunya Ukraina bukan negara yang tepat, dan saya pikir ia akan sadar sudah salah perhitungan," katanya usai rapat tersebut.

Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan invasi Rusia ke Ukraina telah menciptakan situasi yang sama buruknya dengan krisis rudal Kuba tahun 1962. Ketika ketegangan antara AS dan Uni Soviet mendorong dunia menuju Perang Dingin.

"Anda bisa menyimpulkan invasi ke Ukraina telah dimulai, Rusia, Presiden Putin, telah memutuskan menyerang kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina," kata Javid pada stasiun televisi Sky News.

Krisis Kuba pecah tahun 1962 ketika Uni Soviet merespon pengerahan rudal AS di Turki dengan mengirimkan rudal balistik ke Kuba.

Johnson mengatakan sanksi-sanksi Inggris akan berdampak keras pada ekonomi Rusia. "Akan berdampak sangat keras pada Rusia, dan masih banyak yang akan kami lakukan dalam peristiwa invasi," kata Johnson.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement