Rabu 23 Feb 2022 06:45 WIB

Keutamaan Santri yang Meninggal Saat Menuntut Ilmu di Pesantren

Santri yang meninggal saat menuntut ilmu di pesantren punya keutamaan.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Keutamaan Santri yang Meninggal Saat Menuntut Ilmu di Pesantren. Foto:  Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Khoirot KH Agus Abdullah menunjukkan kamar santri yang mengalami kebakaran di Desa Manggungjaya, Cilamaya Kulon, Karawang, Jawa Barat, Selasa (22/2/2022). Kebakaran tersebut terjadi pada Senin (21/2/2022) disebabkan korsleting listrik kipas angin yang mengakibatkan delapan santri meninggal dunia dan lima lainnya luka-luka.
Foto: ANTARA/M Ibnu Chazar
Keutamaan Santri yang Meninggal Saat Menuntut Ilmu di Pesantren. Foto: Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Khoirot KH Agus Abdullah menunjukkan kamar santri yang mengalami kebakaran di Desa Manggungjaya, Cilamaya Kulon, Karawang, Jawa Barat, Selasa (22/2/2022). Kebakaran tersebut terjadi pada Senin (21/2/2022) disebabkan korsleting listrik kipas angin yang mengakibatkan delapan santri meninggal dunia dan lima lainnya luka-luka.

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG --Kebakaran yang terjadi di Pondok Pesantren Miftahul Khoirot  Desa Manggung Jaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, Jawa Barat menelan korban jiwa. Delapan orang santri meninggal karena kebakaran dahsyat yang terjadi pada Senin (21/2). Terlepas dari kasus kebakaran itu, bagaimana Islam membahas tentang ganjaran bagi orang yang meninggal ketika sedang menuntut ilmu seperti delapan orang santri tersebut? 

Pendakwah yang juga Ketua Pengurus Wilayah Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Jakarta, Ustaz Rakhmad Zailani Kiki menjelaskan santri adalah orang yang sedang belajar menuntut ilmu di pesantren, utamanya ilmu keislaman. Dengan harapan setelah lulus dari pesantren, santri bisa  memiliki kompetensi menjadi ustadz, ustadzah, bahkan ulama atau orang yang ahli dalam bidang keislaman. 

Baca Juga

Sedangkan menurut ustaz Kiki hukum menuntut ilmu keislaman adalah wajib, baik wajib kifayah maupun wajib ain, berdasarkan hadits dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, Rasulullah SAW bersabda, artinya: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim” (hadits shahih riwayat Ibnu Majah).

Menukil keterangan Imam Abdur Rauf Al-Munawi di dalam karyanya  At-Taysir bin Syarh Jami' ash-Shaghir , ustaz Kiki menjelaskan bahwa ilmu dibagi dalam enam macam yakni fardhu kifayah, fardhu ain, sunnah, haram, makruh dan mubah. 

Untuk ilmu fardhu atau wajib seperti yang disabdakan Rasulullah SAW adalah ilmu fardhu kifayah, yaitu ilmu keislaman  yang wajib dikuasai oleh sebagian umat Islam, seperti ilmu mengurusi jenazah  dan  ilmu fardhu `ain, yaitu ilmu keislaman yang wajib dikuasai setiap Muslim dan Muslimah yang mukallaf, yang sudah aqil baligh, seperti: ilmu wudlu, ilmu sholat dan ilmu puasa.

Karena itu menurut ustaz Kiki para santri yang sedang belajar di pesantren bukan hanya belajar ilmu keislaman yang fardhu kifayah dan fardhu ain saja, tetapi juga ilmu keislaman yang sunnah, seperti memperdalam ilmu-ilmu syar`iyyah (yang bersifat syar`i).

Karenanya, menurut ustaz Kiki para santri ini memiliki kedudukan yang istimewa. Sehingga Imam Al-Ghazali di dalam karyanya Minhajul Muta`allim (Jalan Penuntut Ilmu) menyatakan  bahwa para santri ini, penuntut ilmu, mendapatkan doa kebaikan dari semua makhluk. Ini diperkuat juga dengan hadits dari sahabat Anas bin Malik yang Rasulullah SAW bersabda, artinya: “Barangsiapa  keluar (pergi) untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga kembali.” (hadits hasan, riwayat Imam Tirmidzi). 

"Sehingga, para santri yang wafat  di kasus kebakaran Pesantren di Karawang sedang dalam melaksanakan kewajiban, melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya, sebagi mujahidin, ibnu sabil, dan wafatnya sebagai syuhada, penghuni surga,"kata ustaz Kiki kepada Republika,co.id pada Rabu (23/2). 

Tidak ada ruginya bagi orang yang menuntut ilmu di jalan Allah ﷻ. Bila seseorang yang menuntut ilmu itu dikaruniai kesehatan dan umur yang panjang maka sudah tentu ilmunya akan membimbingnya dalam menjalani kehidupan. 

Sehingga karena ilmu yang telah diperolehnya dia akan selamat, memperoleh kemuliaan, kehormatan, derajat yang tinggi, kesenangan, dan kebahagiaan hidup dan terhindar dari perbuatan yang dapat menghancurkan diri dan kehormatannya.  

Tapi bagaimana bila seseorang itu meninggal ketika masih dalam tahap mencari ilmu? Maka sejatinya orang yang meninggal ketika tengah mencari ilmu akan memperoleh ganjaran yang sangat besar dari Allah ﷻ.  

Dalam kitab at-Targhib wat Tarhib menuliskan sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Thabrani:

مَنْ جَاءَهُ أَجَلُهُ وَهُوَ يَطْلُبُ الْعِلْمِ لَقِىَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّبِيِّيْنَ إِلَّا دَرَجَةُ النُّبُوَّةِ 

“Barang siapa yang kedatangan ajal dan dia sedang menuntut ilmu, maka dia akan bertemu Allah ﷻ (dengan derajat tinggi) di mana tidak ada lagi jarak antara dia dan para nabi melainkan satu derajat kenabian.” 

Maksudnya orang yang meninggal ketika sedang menuntut ilmu maka ia memperoleh derajat yang sangat tinggi dihadapan Allah. Ia hanya selisih satu derajat di bawah para nabi.

Ini menandakan sangat mulia dan beruntungnya orang yang menuntut ilmu. Sekalipun takdir menentukannya meninggal maka karena sebab usahanya menuntut ilmu dapat mengantarkannya pada derajat yang tinggi.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement