REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat di tengah sentimen konflik geopolitik Rusia dan Ukraina. Di awal perdagangan Rabu (23/2), IHSG naik 0,24 persen ke level 6.878,62 dibandingkan penutupan perdagangan kemarin yang melemah 0,59 persen.
Penguatan IHSG pagi ini ditopang oleh saham kapitalisasi jumbo yang naik signifikan dan mengisi daftar top gainers. Beberapa saham yang mendominasi antara lain EMTK yang menguat 2,40 persen ke level 2.120, BBCA naik 1,90 persen ke level 8.025 dan BBRI meningkat 1,13 persen ke level 4.480.
Sementara investor asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp 219 miliar dengan saham-saham yang paling diburu yakni ARTO dengan pembelian sebesar Rp 37,5 miliar, TLKM dengan pembelian Rp 34,7 miliar dan BBNI dengan pembelian Rp 20 miliar.
Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG akan cenderung menguat pada hari ini. Hal ini sejalan dengan pergerakan indeks saham di Asia yang mayoritas dibuka naik meskipun indeks aham utama di Wall Street semalam turun tajam.
Sedangkan imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury note) bertenor 10 tahun turun di bawah 2 persen. "Hal ini karena investor memburu aset yang di anggap aman (safe haven)," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Rabu (23/2).
Di sisi lain, sentimen negatif terkait dampak konflik Rusia-Ukraina disebut masih membayangi pasar saham. Harapan untuk tercapainya resolusi diplomatic dari ketegangan antara Rusia dan Ukrania tampak semakin memburuk. Presiden AS Joe Biden mengumumkan gelombang pertama sanksi ekonomi yang berat terhadap Rusia.
AS juga mengerahkan pasukan tambahan ke sejumlah negara Baltik yang merupakan sisi timur dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Lebih lanjut, Sekrettaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa NATO yakin Rusia masih merencanakan serangan yang lebih besar lagi ke Ukrania.
Selain itu, Jerman menghentikan persetujuan untuk pembangunan proyek jaringan pipa gas Nord Stream dua yang dirancang untuk membawa gas alam asal Rusia langsung ke wilayah Eropa Barat. Inggris menjatuhkan sanksi atas lima bank besar di Rusia dan tiga orang terdekat Presiden Vladimir Putin.
Menurut riset, investor melihat peningkatan ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukrania ini dapat menambah komplikasi dari langkah yang akan di ambil oleh bank sentral AS (Federal Reserve).
"Mengingat Rusia sebagai salah satu produsen minyak dan gas alam terbesar di dunia, perang terbuka antara Rusia dan Ukrania berpotensi menciptakan inflasi yang lebih tinggi lagi sehingga dapat mengganggu pemulihan ekonomi global," kata Phillip Sekuritas.
Apa yang terjadi di pasar energi, khususnya minyak mentah dapat menentukan apakah Federal Reserve akan melanjutkan kenaikan suku bunga secara agresif setelah bulan Maret nanti atau pada akhirnya terpaksa memperlambat laju kenaikan suku bunga untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
Rekomendasi saham...