Rabu 23 Feb 2022 14:55 WIB

Warga Sipil Donetsk dan Luhansk yang Dievakuasi Menetap di 15 Wilayah Rusia

Evakuasi warga Donstsk dan Luhansk telah berlangsung sejak 18 Februari.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Warga dievakuasi dari Donetsk dan Luhansk, wilayah yang dikuasai separatis pro Rusia di Ukraina Timur. Mereka menaiki bus untuk dibawa ke tempat tinggal sementara di wilayah lain Rusia, Selasa (22/2/2022).
Foto: AP Photo
Warga dievakuasi dari Donetsk dan Luhansk, wilayah yang dikuasai separatis pro Rusia di Ukraina Timur. Mereka menaiki bus untuk dibawa ke tempat tinggal sementara di wilayah lain Rusia, Selasa (22/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, ROSTOV -- Warga sipil yang dievakuasi dari wilayah Donbas, Ukraina timur telah menetap di 15 wilayah Rusia pada Selasa (22/2/2022). Evakuasi tersebut dimulai pada 18 Februari dan masih berlanjut.

Dilansir Anadolu Agency, Rabu (23/2/2022), warga sipil Donetsk dan Luhansk dibawa ke wilayah Rostov, Rusia yang dekat dengan perbatasan Ukraina melalui jalur darat, dan kereta api. Mereka ditempatkan di pusat akomodasi sementara yang didirikan di Rostov.

Baca Juga

Sementara beberapa warga sipil lainnya yang dievakuasi dari Donbas dikirim ke berbagai wilayah di Rusia, termasuk Moskow. Lebih dari 7.000 orang, termasuk 3.200 anak-anak, telah ditempatkan di tenda, asrama, dan hotel di kota-kota, di Rostov.

Pihak berwenang Rusia telah membuat 200 titik akomodasi sementara dengan kapasitas sekitar 14 ribu orang. Warga sipil yang telah menetap di 15 wilayah tersebut berjumlah lebih dari 90 ribu.

Menurut Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), di wilayah Donetsk, terjadi 2.158 pelanggaran gencatan senjata, termasuk 1.100 ledakan selama akhir pekan. OSCE mengatakan bahwa, 1.073 pelanggaran gencatan senjata, termasuk 926 ledakan, juga tercatat di wilayah Luhansk.

Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin secara resmi mengakui Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur sebagai wilayah yang merdeka. Putin juga menandatangani perjanjian yang relevan dengan para pemimpin separatis di Kremlin.

Langkah Putin ini mendapatkan kutukan  keras dari Amerika Serikat, Inggris, PBB, Turki, dan beberapa negara Eropa lainnya. Presiden Putin memerintahkan pengerahan pasukan ke Donetsk dan Luhansk. Seorang saksi mata Reuters melihat sekelompok besar perangkat keras militer bergerak melalui kota Donetsk. Pergerakan ini terjadi setelah Putin mengatakan kepada Kementerian Pertahanan Rusia untuk mengirim pasukan ke Donetsk dan Luhansk untuk menjaga perdamaian.

Langkah tersebut mengundang kecaman dan  sanksi baru dari AS dan Eropa. Daerah Donetsk dan Luhansk sudah dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia. Dalam dekrit yang dikeluarkan oleh Putin, Rusia sekarang memiliki hak untuk membangun pangkalan militer di wilayah Donetsk dan Luhansk. Misi pasukan di kedua wilayah itu akan menjadi operasi penjaga perdamaian.

Dalam pidatonya panjang di televisi, Putin menggambarkan Ukraina sebagai bagian integral dari sejarah Rusia. Dia mengatakan, Ukraina timur adalah tanah Rusia kuno. Putin yakin rakyat Rusia akan mendukung keputusannya.  

"Saya menganggap perlu untuk membuat keputusan yang seharusnya sudah dibuat sejak lama, untuk segera mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Lugansk," kata Putin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement