Kamis 24 Feb 2022 01:15 WIB

Minyak Goreng Curah di Bandarlampung Hilang di Pasaran

Minyak goreng curah sudah tidak ada lagi di pasar sejak sepekan terakhir

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Minyak goreng curah sudah tidak ada lagi di pasar sejak sepekan terakhir. Ilustrasi.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Minyak goreng curah sudah tidak ada lagi di pasar sejak sepekan terakhir. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Dinas Pangan Kota Bandarlampung mengungkapkan minyak goreng curah sudah tidak ada lagi sejak sepekan terakhir. Temuan ini didapat berdasarkan hasil inspeksi mendadak di pasar-pasar tradisional.

"Minyak curah tidak ada, sudah tidak ketemu lagi di pasar, khususnya pasar tradisional yang tadinya jual itu sekarang hilang," kata Kepala Dinas Pangan Kota Bandarlampung, I Kadek Sumartha, di Bandarlampung, Rabu (23/2/2022).

Baca Juga

Menurut dia, hilangnya minyak curah di pasar-pasar tradisional tersebut karena para pedagang tidak lagi mendapatkan kiriman dari distributor. "Jadi bukan karena ada larangan dari pemerintah untuk jual minyak curah. Memang dulu peredaran minyak curah mau distop tapi dalam kondisi seperti ini makanya diperbolehkan dulu tapi memang keberadaan minyak ini juga sudah tidak ada," ujarnya.

Ia juga mengatakan saat ini masyarakat pun terbatas mendapatkan minyak goreng baik itu di pasar tradisional, mal, ataupun ritel karena distribusi ke mereka juga terbatas dari pusat. "Waktu kita ke gudang yang biasanya dua hari sekali datang, sekarang 10 hari baru mereka dapatkan. Itu pun hanya mendapatkan 30 persen dari pesanan," jelas Kadek.

Namun begitu, ia meminta masyarakat tidak melakukan aksi borong. Kadek mengimbau masyarakat membeli minyak goreng sesuai kebutuhan sehari-hari dalam kondisi kelangkaan minyak goreng ini.

"Bahkan jika perlu masyarakat dapat memanfaatkan minyak kelapa untuk sementara waktu hingga keadaan normal. Sementara itu, konsumsi minyak goreng di Bandarlampung setahun 2.536 ton dalam setahun atau 70 gram per kapita/per hari untuk 1,1 juta jiwa," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement