Kamis 24 Feb 2022 05:20 WIB

Atlet Muslim AS Dorong Penggunaan Jilbab Saat Berlaga

Selama beberapa tahun terakhir, aturan jilbab telah diubah berkali-kali.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Kulsoom Abdullah, atlet angkat besi pertama asal Amerika Serikat yang bertanding mengenakan jilbab. Muslimah berdarah Pakistan ini juga dikenal atas perjuangannya mengubah peraturan International Weightlifting Federation terkait pakaian tertutup pada 2011
Foto: AP Photo/Joey Ivansco
Kulsoom Abdullah, atlet angkat besi pertama asal Amerika Serikat yang bertanding mengenakan jilbab. Muslimah berdarah Pakistan ini juga dikenal atas perjuangannya mengubah peraturan International Weightlifting Federation terkait pakaian tertutup pada 2011

REPUBLIKA.CO.ID,  OHIO -- Atlet Muslim di Ohio, AS, Noor Alexandria Abukaram, mendorong adanya kebijakan yang memungkinkan para atlet Muslim mengenakan jilbab. Dia menilai, aturan undang-undang yang melarang organisasi menerapkan kebijakan diskriminatif sangat penting.

Abukaram menuturkan, selama beberapa tahun terakhir, aturan telah diubah berkali-kali. Dia menuturkan, perubahan aturan tidak akan cukup. "Karena buku peraturan dapat berubah dan undang-undang perlu melindungi atlet dari hal itu," kata dia seperti dilansir Dispatch, Rabu (23/2/2022).

Baca Juga

Pada 2020 lalu, Ohio High School Athletic Association (OHSAA) mengubah aturan untuk mengizinkan atlet bertanding dengan mengenakan penutup kepala berdasarkan agama (hijab). Namun, pemberian izin ini dikecualikan jika pejabat olah raga menilai bahwa hijab tersebut mengubah olahraga secara mendasar atau berbahaya bagi peserta.

"OHSAA jelas menunjukkan berapa banyak yang meminta agar (kebijakan) ini dibuat," ujar Abukaram.

Dia sendiri, pada 2019 yang lalu, mengalami hal yang memalukan dan mengecewakan pada gelaran olahraga lintas negara antarsekolah menengah Ohio. Abukaram, yang saat itu berusia 16 tahun, baru saja berlari 5K terbaik dalam hidupnya, menyelesaikannya dalam 22 menit dan 22 detik.

Namun seorang pejabat dalam gelaran tersebut mendiskualifikasi Abukaram karena dia mengenakan jilbab saat berlari. Pada saat itu, peraturan OHSAA mengharuskan atlet pelajar yang mengenakan tutup kepala agama untuk mendapatkan izin sebelum acara.

Namun pelatih Abukaram tidak mendapatkan izin dan itu tidak menjadi masalah sepanjang musim sampai kualifikasi regional bertemu. "Saya merasa sebagai seorang atlet, saya adalah orang yang bersaing. Dan itu menjadi bagian siapa saya," katanya.

"Jadi, ketika itu diambil dari saya, terutama untuk sesuatu seperti jilbab saya, yang merupakan sesuatu yang saya cintai dan pegang di hati saya, rasanya sangat memalukan," tambahnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement