Kamis 24 Feb 2022 03:56 WIB

Sekolah Troli Bantu Siswa Filipina Tetap Belajar

Pandemi Covid-19 membuat sekolah tutup di sebagian besar wilayah Filipina.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Sebuah troli kayu yang didekorasi dengan cerah kini menjadi sekolah di sebuah desa di Filipina Selatan.
Foto: REUTERS/Lisa Marie David
Sebuah troli kayu yang didekorasi dengan cerah kini menjadi sekolah di sebuah desa di Filipina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, TAGKAWAYAN -- Sebuah troli kayu yang didekorasi dengan cerah kini menjadi sekolah di sebuah desa di Filipina Selatan. Diletakkan di rel kereta api, kendaraan sederhana ini membawa empat guru muda, dua di depan dan dua di belakang mendorongnya dengan kaki untuk menemui para siswa.

Dilengkapi dengan papan tulis, bagan warna-warni, dan setumpuk buku, sekolah keliling kecil meluncur dari desa ke desa tiga kali seminggu. Mereka membawa pendidikan bagi anak-anak miskin di dekat kota Tagkawayan karena pandemi Covid-19 membuat sekolah tutup di sebagian besar kepulauan Asia Tenggara.

Baca Juga

"Penting bagi kita untuk melakukan ini, apalagi sekarang ada pandemi dan anak-anak tidak dapat melakukan pembelajaran tatap muka," kata salah satu dari sembilan relawan yang mengoperasikan troli Shaira Berdin dalam sebuah wawancara.

Tagkawayan adalah kota berpenduduk sekitar 54.000 orang di provinsi Quezon yang terletak hampir 176 km tenggara Manila. Pelajar jarak jauh di Filipina telah ditantang oleh kurangnya komputer, telepon, dan internet, bersama dengan kualitas pendidikan yang tidak merata. Beberapa anak harus naik ke atap untuk mendapatkan sinyal.

Mendorong troli seperti skuter, para sukarelawan mengajar matematika dan membaca kepada lebih dari 60 anak saat menjalankan program pembelajaran. Mereka berinisiatif mengumpulkan materi pembelajaran dari sumbangan untuk digunakan dalam proses mengajar.

Saat berhenti, para guru mengangkat troli dari rel, mengizinkan penggunaan papan tulis untuk pelajaran mengeja dan beralih ke penghitungan menggunakan kartu. Cara ini juga membuat jalur kereta itu bisa digunakan untuk pengguna lain.

"Sebagian besar relawan ini berasal dari latar belakang miskin. Mereka juga mengalami kesulitan dalam hidup, itulah sebabnya mereka ingin membantu anak-anak yang membutuhkan,” kata guru berusia 26 tahun bernama Samboy de Leon Niala.

Filipina secara bertahap memulai pembukaan kembali sekolah secara bertahap pada November setelah penutupan 20 bulan. Penutupan sekolah itu berimbas kepada hampir 27 juta anak. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement