Rabu 23 Feb 2022 21:48 WIB

Kemenkes Saudi: Covid-19 Hampir Berakhir

Kemenkes Saudi sebut pandemi Covid-19 hampir berakhir di Arab Saudi.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Esthi Maharani
Vaksinator bersiap menyuntik vaksinasi Covid-19 Pfizer di Arab Saudi.
Foto: AP
Vaksinator bersiap menyuntik vaksinasi Covid-19 Pfizer di Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Kementerian Kesehatan Arab Saudi menyampaikan, pandemi Covid-19 hampir berakhir di Arab Saudi. Hal ini disampaikan oleh Asisten Deputi Menteri Kesehatan Bidang Pencegahan Kesehatan Dr Abdullah Asiri.

"Arab Saudi adalah salah satu negara yang paling sedikit terkena virus," kata dia seperti dilansir Gulf News, Rabu (23/2/2022).

Asiri menekankan, Saudi akan keluar dari pandemi dengan ekonomi dan sektor kesehatan yang kuat, sementara juga keluar darinya secara politik lebih kuat. Dia menghubungkan ini dengan cara kerajaan menangani pandemi sejak awal.

Segera setelah pandemi dimulai, Raja Salman berbicara kepada orang-orang Saudi. "Kami menghadapi situasi luar biasa yang memerlukan tindakan luar biasa," kata dia.

Asiri juga menyampaikan, salah satu alasan keberhasilan Kerajaan adalah ketegasan dalam menghadapi tantangan, sambil memperkenalkan tata kelola tingkat tinggi dan efektif di mana semua pihak terkait berpartisipasi. Hal ini membantunya mengambil keputusan tegas dengan cepat.

"Kerajaan telah memberikan prioritas kesehatan manusia di atas segalanya dan telah mempercayakan Kementerian Kesehatan dan Otoritas Kesehatan Masyarakat untuk mempertahankan prioritas ini dengan melakukan penilaian risiko yang berkelanjutan," kata Asiri.

Meski demikian, Kemenkes mengindikasikan individu dapat terinfeksi flu musiman dan Covid-19 secara bersamaan. Juru bicara Kementerian Kesehatan Muhammad Al-Abdel Ali menekankan pada konferensi pers di sini pada Ahad (20/2), bahwa belum ada jejak yang jelas dari infeksi kedua virus tersebut.

Namun Ali menunjukkan Arab Saudi mengikuti perkembangan positif untuk menghadapi pandemi, terutama kurva kasus menunjukkan penurunan yang khas dan kasus diperkirakan terus menurun lebih lanjut. Dia mencatat, kasus kritis yang banyak terjadi adalah mereka yang tidak mendapatkan vaksinasi atau tidak menyelesaikan imunisasi.

"Jumlah dosis yang diberikan di Kerajaan melebihi 60 juta, jumlah orang yang divaksinasi dengan dua dosis melebihi 24 juta, dan mereka yang menerima dosis booster lebih dari 10 juta," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement