Kamis 24 Feb 2022 06:41 WIB

Kemendag: Produk Furnitur Indonesia Sudah Siap Banjiri Pasar Ekspor

Program tersebut ditargetkan memberikan pendampingan kepada 50 pelaku usaha

Rep: dedy darmawan nasution/ Red: Hiru Muhammad
Pekerja mengerjakan pesanan kursi tamu di Ndimoro Jok, Bantul, Yogyakarta, Selasa (8/2/2022). Di sini merupakan tempat pengerjaan furniture dari beberapa penjual bahkan eksportir. Harga yang ditawarkan juga mengikuti keinginan pembeli, mulai Rp 1,5 juta hingga Rp 13 juta tergantung bahan dan kualitas.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pekerja mengerjakan pesanan kursi tamu di Ndimoro Jok, Bantul, Yogyakarta, Selasa (8/2/2022). Di sini merupakan tempat pengerjaan furniture dari beberapa penjual bahkan eksportir. Harga yang ditawarkan juga mengikuti keinginan pembeli, mulai Rp 1,5 juta hingga Rp 13 juta tergantung bahan dan kualitas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Perdagangan meluncurkan program Aku Siap Ekspor (ASE) 2.0 di Jakarta pada Rabu (23/2/2022). Program itu merupakan kelanjutan dari program ASE tahap pertama namun dengan cakupan produk dan jangkauan pasar ekspor yang lebih luas.

“ASE tahap ke-1 disambut dengan antusias oleh eksportir. Oleh sebab itu, Kemendag meluncurkan program kedua dengan nama ASE 2.0. Cakupan program ini diperluas, bukan hanya produk dekorasi rumah, tetapi juga furnitur dan produk gaya hidup,” ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Didi Sumedi, dalam keterangan resminya, Kamis (24/2/2022).

Baca Juga

Didi melanjutkan, target pasar ASE 2.0 diperluas dengan merambah ke negara yang memiliki perjanjian dagang dengan Indonesia, baik secara regional maupun bilateral di antaranya Jepang, Australia, Swiss, Norwegia, Korea Selatan, Chile, Tiongkok, Mozambik, dan negara kawasan ASEAN.

“Diharapkan eksportir Indonesia lebih proaktif memanfaatkan preferensi penurunan tarif serta mendorong pengembangan ekspor ke negara-negara nontradisional,” tandasnya.

Dalam program ini, Kemendag kembali bekerja sama dengan instansi lain untuk memaksimalkan capaian. Kerja sama dilakukan di antaranya dengan Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Business and Export Development Organization (BEDO).

Adapun program tersebut ditargetkan memberikan pendampingan kepada 50 pelaku usaha yang sebelumnya akan diseleksi scara ketat.“Perusahaan yang telah lolos seleksi diwajibkan merangkul pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di luar Jawa dan Bali sebagai mitra pemasok atau UMKM asuh untuk menciptakan efek yang lebih besar. Pola kemitraan ini sangat ideal karena eksportir dan pelaku UMKM dapat saling membantu dan berkolaborasi,”  kata Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Made Marthini selaku Koordinator Program ASE.

Lebih lanjut Made menjelaskan, program ini didesain khusus bagi perusahaan yang telah memiliki kapasitas ekspor. Program akan berlangsung selama satu tahun yang terdiri atas lokakarya baik daring maupun luring dengan praktek simulasi, tugas, temu bisnis, pendampingan privat, misi orientasi pasar lokal; serta keikutsertaan pameran dalam dan luar negeri seperti Indonesia International Furniture Expo (IFEX), Trade Expo Indonesia (TEI), atau pameran internasional lainnya.

“Pelaku usaha akan mendapat pengetahuan untuk mengekspor produknya dari para tenaga ahli yang terlibat dan dapat meningkatkan omzet senilai USD 50.000 atau senilai USD 2,5 juta untuk 50 UKM setelah mengikuti program ini,” papar Made.

Sebelumnya, ASE tahap ke- 1 telah dilaksanakan sejak Juni 2021 dan telah memasuki pertengahan jalan. Dalam perjalannya, program ini sukses membukukan potensi transaksi ekspor sebesar sebesar Rp 5,6 miliar, serta transaksi potensial untuk pasar domestik sebesar Rp 6,8 miliar.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement