Kamis 24 Feb 2022 08:58 WIB

Serangan Siber di Ukraina Semakin Intensif

Ukraina telah berulang kali diserang oleh peretas dalam beberapa pekan terakhir

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Serangan siber (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Serangan siber (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KYIV -- Ukraina kembali mendapatkan serangan siber. Para peneliti di perusahaan keamanan siber ESET, menemukan perangkat lunak perusak yang beredar di Ukraina dan telah menyerang ratusan komputer.

Menurut para peneliti ESET, ini merupakan gelombang peretasan intensif yang ditujukan ke Ukraina. Dalam ciuitannya di Twitter, ESET  mengatakan bahwa, program penghapusan data telah diinstal pada ratusan mesin di Ukraina. Serangan siber ini telah dilakukan selama beberapa bulan terakhir.

Baca Juga

Vikram Thakur dari perusahaan keamanan siber Symantec, yang juga menyelidiki serangan itu. Menurutnya, serangan tersebut telah menyebar luas.

"Kami melihat aktivitas di seluruh Ukraina dan Latvia," kata Thakur.

Seorang juru bicara Symantec kemudian menambahkan, serangan siber juga terjadi di Lithuania. Ada kecurigaan bahwa serangan siber tersebut dilakukan oleh Rusia. Namun Rusia telah membantah tuduhan itu.

Ukraina telah berulang kali diserang oleh peretas dalam beberapa pekan terakhir, karena Rusia telah mengerahkan pasukan di sekitar perbatasannya.  Kekhawatiran invasi besar-besaran meningkat setelah Moskow mengirim pasukan militer ke dua wilayah separatis di Ukraina timur yaitu Donetsk dan Luhansk.

Pakar keamanan siber berupaya untuk membongkar program peretasan tersebut. Peneliti menemukan bahwa, perangkat lunak penghapusan tampaknya telah ditandatangani secara digital dengan sertifikat yang dikeluarkan untuk perusahaan Siprus yang tidak dikenal, bernama Hermetica Digital Ltd. Karena sistem operasi menggunakan penandatanganan kode sebagai pemeriksaan awal pada perangkat lunak, sertifikat semacam itu mungkin dirancang untuk membantu program  menghindari perlindungan anti-virus.  

"Mendapatkan sertifikat semacam itu dengan alasan palsu atau mencurinya  bukan tidak mungkin, tetapi umumnya itu adalah tanda operator canggih dan ditargetkan," kata Wakil Presiden di perusahaan keamanan siber Amerika Serikat ZeroFox, Brian Kime.

Rincian kontak untuk Hermetica yang didirikan di ibukota Siprus, Nicosia, hampir setahun yang lalu, tidak ditemukan. Perusahaan tersebut tidak memiliki situs web.

Sebelumnya pada Rabu (23/2/2022) situs web pemerintah Ukraina, Kementerian Luar Negeri dan layanan keamanan negara mengalami gangguan. Pemerintah mengatakan, gangguan tersebut merupakan awal dari serangan penolakan layanan (DDoS).

 "Sekitar pukul 4 sore, serangan DDoS massal lainnya di negara bagian kami dimulai. Kami memiliki data yang relevan dari sejumlah bank," kata Menteri Transformasi Digital, Mykhailo Fedorov.

Fedorov menambahkan bahwa, situs web parlemen juga terkena serangan siber. Dia tidak menyebutkan bank mana yang juga terkena serangan siber. Sementara bank sentral tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Pengawas perlindungan data Ukraina mengatakan, peretasan di negara tersebut sedang meningkat.

Baca juga : Jika India Tetap Larang Jilbab dan Mengapa Muslimah Mesti Dilindungi?

"Serangan phishing terhadap otoritas publik dan infrastruktur penting, penyebaran perangkat lunak berbahaya, serta upaya untuk menembus jaringan sektor swasta dan publik dan tindakan destruktif lebih lanjut telah meningkat," ujar pengawas perlindungan data Ukraina.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement