REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abdullah bin Abbas merupakan seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia adalah putra paman Rasulullah SAW, yakni Abbas bin Abdul Muthallib. Pada masanya, tokoh yang akrab disapa Ibnu Abbas itu dijuluki sebagai ahli tafsir Alquran terbaik.
Nabi SAW pernah mendoakannya, Ya Allah, berilah pemahaman tentang urusan agama dan berilah ilmu kepadanya (Ibnu Abbas) tentang takwil, (HR Bukhari dan Muslim). Berkah dari doa tersebut, sahabat yang berusia belasan tahun tatkala Rasul SAW wafat itu menjadi seorang mufasir yang hebat.
Sosok berjulukan al-Bahr, Lautan Ilmu, itu juga meriwayatkan banyak hadis. Ibnu Abbas meninggal dunia dalam usia 71 tahun. Sepanjang hayatnya diperuntukkan bagi syiar Islam dan pendidikan.
Jaga Lisan
Dr Umar Abdul al-Kafi dalam kitabnya, Afaatu al-Lisaanmerangkum sejumlah nasihat yang pernah disampaikan Ibnu Abbas. Pertama-tama, sang sahabat Nabi SAW mewasiatkan jamaah agar selalu menjaga lisan. Jangan sampai perkataan yang keluar dari mulut tidak berfaedah. Akan lebih bagus lagi apabila ucapan itu mengandung hikmah dan ilmu yang bermanfaat.
Intonasi juga tidak boleh sembarangan. Karena itu, tutur kata yang baik dan sopan hendaklah diutamakan.Dalam berdiskusi, umpamanya, seorang Muslim semestinya menghindari perbantahan yang disertai bahasa kasar.Ia mengingatkan muridnya tentang surah an-Nahl ayat 125. Artinya, Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Pandai Berkawan
Ibnu Abbas memberikan wejangan, seorang Muslim hendaknya pandai dalam menjalin pertemanan dan persahabatan. Maksudnya, bergaul dengan akhlak yang baik, sebagaimana diri sendiri ingin dihormati dengan cara yang baik oleh orang lain.Contoh terbaik diberikan Rasulullah SAW. Beliau mampu menghadirkan keamanan, kenyamanan, dan kebahagiaan pada siapa pun yang berada di sekelilingnya.
Misal, Rasul SAW tidak pernah memotong pembicaraan seseorang hingga ia selesai bicara. Apabila orang itu keterlaluan, beliau memutuskan pembicaraan dengan melarangnya berbicara atau berdiri dan berpaling meninggalkannya.
Introspeksi Diri
Ibnu Abbas juga memberikan petuah kepada para santrinya. Mereka diminta untuk sering meminta keluarga atau teman-teman terdekat untuk mengingatkan, apabila diri terdapat kesalahan. Sebab, manusia biasa umumnya tidak luput dari khilaf dan dosa.Pengingat yang terbaik ialah dari orang-orang sekitar.
Lebih baik lagi apabila nasihat tentang kekurangan diri itu disampaikan secara personal, tidak terbuka khalayak luas.Dari sana, akan timbul dorongan untuk meminta maaf atau saling memaafkan. Menurut sahabat Nabi SAW itu, introspeksi diri merupakan sebuah cara untuk merawat silaturahim.