Kamis 24 Feb 2022 20:19 WIB

Ketegangan Rusia-Ukraina, Pertamina Waspada

Untuk memenuhi kebutuhan Pertamina memaksimalkan produksi dalam negeri

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
 Radar rusak dan peralatan lainnya terlihat di fasilitas militer Ukraina di luar Mariupol, Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022. Rusia telah meluncurkan rentetan serangan udara dan rudal ke Ukraina Kamis pagi dan pejabat Ukraina mengatakan bahwa pasukan Rusia telah meluncur ke wilayah tersebut. negara dari utara, timur dan selatan.
Foto: AP/Sergei Grits
Radar rusak dan peralatan lainnya terlihat di fasilitas militer Ukraina di luar Mariupol, Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022. Rusia telah meluncurkan rentetan serangan udara dan rudal ke Ukraina Kamis pagi dan pejabat Ukraina mengatakan bahwa pasukan Rusia telah meluncur ke wilayah tersebut. negara dari utara, timur dan selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina berdampak pada kenaikan harga minyak dan minimnya pasokan minyak mentah di pasar dunia. Melihat kondisi ini, PT Pertamina (Persero) mengamati secara cermat dan melakukan langkah antisipatif dalam hal supply pasokan minyak mentah.

VP Coorporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menjelaskan, karena pasokan minyak global menipis dan harga masih bergerak fluktuatif, untuk kebutuhan minyak dalam negeri perusahaan memaksimalkan produksi dalam negeri dan mengoptimalkan produksi lapangan luar negeri milik Pertamina.

Baca Juga

"Sebagian minyak mentah kebutuhan dalam negeri disuplai melalui portfolio Pertamina yaitu Subholding Upstream, dan juga produksi dalam negeri," ujar Fajriyah kepada Republika, Kamis (24/2/2022).

Sedangkan pasokan minyak mentah yang selama ini berasal dari pihak lain, Fajriyah menegaskan Pertamina masih mempunyai sumber pasokan yang fleksibel dan juga sudah berkontrak secara jangka panjang.

"Mekanisme pengadaan berbasis  long term serta penyesuaian dengan short term baik untuk minyak mentah maupun produk (BBM dan LPG) dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan dengan perencanaan yang matang," ujar Fajriyah.

Namun, Fajriyah tak menampik tingginya harga minyak dunia saat ini yang menembus 100 dolar AS per barel memberikan tekanan terhadap kinerja keuangan perusahaan, khususnya di sektor hilir.

"Pertamina terus melakukan kajian dan evaluasi serta berkoordinasi dengan seluruh stakeholder terkait rencana penyesuaian harga jual eceran BBM Non Subsidi. Pertamina akan comply dengan regulasi Kepmen ESDM No 62 Tahun 2020," ujar Fajriyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement