REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapitalisasi pasar Rusia menukik tajam usai serangan negara tersebut ke Ukraina, Kamis (24/2/2022). Peristiwa itu menghapus 259 dolar AS dari pasar saham.
Rubel merosot ke rekor terendah, dan indeks saham anjlok hingga 45 persen. Ini merupakan penurunan terbesar yang pernah terjadi di negara tersebut.
Bank of Russia mengatakan segera melakukan intervensi di pasar valuta asing dan mengambil langkah untuk meredam volatilitas di pasar keuangan.
Serangan militer di Ukraina membayangi pasar global. Aset Rusia mendapat pukulan utama setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan operasi demiliterisasi, yang memicu kecaman dan sanksi berat dari sejumlah negara.
"Bola sekarang ada di pihak Barat, kita harus melihat sejauh mana sanksi berdampak," ujar Viktor Szabo, investor di Aberdeen Asset Management Plc di London, dilansir Financial Express, Kamis.
Bank sentral Rusia tidak menyebutkan tentang kenaikan suku bunga. Namun, bank sentral akan memberikan likuiditas tambahan kepada bank dengan menawarkan 1 triliun rubel (11,5 miliar dolar AS) dalam lelang repo.
Nilai tukar rubel turun 3,6 persen ke level 84.2250 dolar AS pada perdagangan di Moskow, setelah sempat anjlok hingga 9,4 persen. Sementara, Indeks MOEX turun 25 persen.
Dibuka 2.735,88, indeks MOEX anjlok ke titik terendahnya dalam sehari di level 1.689,84. Pada hari sebelumnya, indeks ditutup 3.084,74. Artinya, MOEX sempat jatuh hingga 45 persen.
Sementara itu, mata uang dan ekuitas Asia merosot pada perdagangan Kamis, karena Rusia menginvasi Ukraina. Ini menyebabkan harga minyak melonjak dan mata uang rupee India dan baht Thailand merosot paling tajam di antara mata uang Asia lainnya.
Bersamaan dengan penurunan saham global, indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun lebih dari 3,2 persen ke level terendah sejak November 2020. Imbal hasil acuan obligasi pemerintah 10-tahun di India dan Indonesia, dua yang tertinggi di Asia, naik tipis, dengan imbal hasil Indonesia menyentuh level tertinggi 10-hari karena harga minyak melonjak.
Harga minyak naik di atas 100 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak 2014 di tengah kekhawatiran gangguan pasokan. Rupee India yang sensitif terhadap energi memimpin kerugian di antara mata uang Asia, jatuh 1,0 persen - persentase penurunan terbesar sejak 19 November. Won Korea Selatan dan baht masing-masing turun 0,7 persen dan 0,8 persen.
Saham Singapura (STI) anjlok 4,0 persen, hari terburuk mereka dalam dua tahun. Mereka juga dirugikan oleh kemerosotan saham Oversea-Chinese Banking Corp setelah perusahaan melaporkan penurunan laba kuartalan sebesar 14 persen.
Saham India (NSEI) jatuh 3,6 persen, melemah untuk sesi ketujuh berturut-turut, di jalur untuk hari terburuk sejak 12 April. Saham Filipina (PSI) dan Korea Selatan juga melemah masing-masing 2,1 persen dan 2,6 persen.