Kamis 24 Feb 2022 22:18 WIB

Malaysia Berduka Cita atas Kondisi Ukraina

Malaysia fokus memastikan keselamatan warga negaranya di Ukraina.

Red: Indira Rezkisari
 Pemandangan puing-puing rumah pribadi dan mobil yang terbakar setelah penembakan Rusia, di luar Kyiv, Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022. Rusia pada Kamis melepaskan rentetan serangan udara dan rudal ke fasilitas Ukraina di seluruh negeri .
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Pemandangan puing-puing rumah pribadi dan mobil yang terbakar setelah penembakan Rusia, di luar Kyiv, Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022. Rusia pada Kamis melepaskan rentetan serangan udara dan rudal ke fasilitas Ukraina di seluruh negeri .

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pemerintah Malaysia menyatakan keprihatinannya terhadap perkembangan yang terjadi di Ukraina setelah Rusia menyerang negara tersebut. Hal itu disampaikan oleh Perdana Menteri Ismail Sabri dalam jumpa pers di Kamboja, Kamis (24/2/2022).

"Pemerintah Malaysia berduka cita dengan perkembangan yang terjadi di Ukraina. Prioritas pemerintah pada masa sekarang ini adalah memastikan warga negara Malaysia di Ukraina berada dalam keadaan selamat," kata Ismail Sabri.

Baca Juga

Kedutaan Besar Malaysia di Kiev sedang berusaha memberikan perlindungan dan menyediakan tempat yang aman untuk warga Malaysia sebelum mereka dapat dipulangkan ke Tanah Air. "Saya diberitahu bahwa terdapat 23 warga negara Malaysia yang terdaftar di Kedutaan Besar Malaysia di Kiev, 12 orang telah pulang ke Tanah Air manakala 11 orang masih di sana," kata dia.

Malaysia berharap agar penyelesaian damai terbaik bagi Ukraina dan Rusia dapat segera dicapai dan berhasil menyelesaikan konflik tersebut.

Sementara itu, pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim dalam pernyataannya mengatakan pihaknya berdiri bersama komunitas internasional dalam mengutuk agresi Rusia terhadap negara berdaulat Ukraina. "Konflik militer saat ini tidak membawa manfaat bagi siapa pun. Tindakan militer ini akan menyebabkan hilangnya nyawa yang tidak bersalah secara tragis, ketidakstabilan regional dan gangguan lebih lanjut terhadap ekonomi global yang menderita selama pandemi Covid-19," katanya.

Anwar mengatakan seseorang tidak dapat berbaris ke negara lain dengan bersenjata lengkap dan meminta perdamaian. "Ini bukan cara kerja hubungan internasional berbasis aturan dan tidak dapat menjadi pilihan yang layak hari ini atau di masa depan. Saya menyerukan untuk segera mengakhiri serangan dan upaya diplomatik baru di semua saluran dan jalan untuk mencari kembalinya perdamaian dengan cepat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement