REPUBLIKA.CO.ID, Alquran tidak hanya berisi hukum, tetapi juga berbagai perumpamaan dan kisah. Semua itu menjadi pedoman manusia dalam menjalani kehidupan.
Dengan selalu bersandar kepada Kitabullah dan sunah Nabi Muhammad SAW, seorang insan insya Allah menggapai keselamatan, baik di dunia maupun akhirat kelak.
Dalam sebuah ayat, Allah SWT menerangkan sejumlah karakteristik manusia. Mereka menunjukkan sikap yang berbeda satu sama lain saat berinteraksi dengan Alquran. Dalam surat Fatir ayat 32, Allah Ta'ala berfirman:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.”
Ketiga golongan yang disebutkan dalam ayat tersebut memiliki kesamaan, yakni mewarisi Alquran. Dalam arti, mereka adalah umat Islam.
Semuanya mengetahui adanya dan membaca Kitabullah, yakni wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril AS. Risalah yang sampai kepada Rasul SAW itu ditujukan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman.
Golongan yang pertama disebut menzalimi diri sendiri. Sebab, mereka lalai dalam menunaikan kewajiban, sebagaimana dijelaskan dalam Alquran. Justru kaum itu cenderung mengerjakan sebagian dari hal-hal yang diharamkan.
Adapun golongan kedua yang disebut dalam ayat itu ialah pertengahan. Mereka seimbang. Dalam arti, perbuatan baik dan dosanya berimbang. Hak Allah SWT sepenuhnya dalam menentukan, apakah kelak kaum ini dimasukkan ke dalam surga atau neraka.
Ciri-ciri kelompok tersebut, antara lain, kecenderungannya yang bolak-balik. Kadang kala, mereka terstimulus untuk berbuat kebajikan. Namun, ada kalanya orang-orang ini meninggalkan sebagian dari hal-hal yang disunahkan.
Beberapa juga terbiasa mengamalkan pekerjaan makruh. Padahal, perkara wajib, sunnah, dan makruh itu sudah terang dijelaskan Alquran dan sunnah.
Terakhir, kelompok yang terpuji. Allah menyatakan sifat mereka, yakni lebih dahulu berbuat kebaikan. Maknanya, kaum Muslimin yang demikian itu gemar berlomba-lomba dalam kebaikan. Untuk urusan kebaikan, mereka cenderung bersegera, enggan menunda-nunda. Maka, Allah menegaskan balasan untuk golongan tersebut, yakni ridha-Nya.
Dengan izin-Nya, mereka kelak akan dimasukkan ke dalam surga adn. Dalam ayat berikutnya disebutkan, yang artinya, Di dalamnya mere ka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera. Dan mereka berkata, 'Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami'.