Jumat 25 Feb 2022 09:07 WIB

Ukraina Minta Bantuan Hacker untuk Misi Mata-Mata Siber Terhadap Rusia

Bantuan hacker diperlukan untuk melindungi infrastruktur penting Ukraina.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Puing-puing benda tak dikenal setelah ledakan di Kiev, Ukraina, 24 Februari 2022. Presiden Rusia mengizinkan operasi militer khusus di wilayah Donbass Ukraina. Pasukan Rusia memasuki Ukraina sementara Presiden negara itu Volodymyr Zelensky berbicara kepada bangsa itu untuk mengumumkan pemberlakuan darurat militer.
Foto: EPA-EFE/MIKHAIL PALINCHAK
Puing-puing benda tak dikenal setelah ledakan di Kiev, Ukraina, 24 Februari 2022. Presiden Rusia mengizinkan operasi militer khusus di wilayah Donbass Ukraina. Pasukan Rusia memasuki Ukraina sementara Presiden negara itu Volodymyr Zelensky berbicara kepada bangsa itu untuk mengumumkan pemberlakuan darurat militer.

REPUBLIKA.CO.ID, KYIV -- Pemerintah Ukraina meminta bantuan peretas atau hacker untuk membantu melindungi infrastruktur penting. Termasuk melakukan misi mata-mata dunia maya terhadap pasukan Rusia.

Ketika pasukan Rusia menyerang kota-kota di seluruh Ukraina, permintaan untuk sukarelawan mulai muncul di forum peretas pada Kamis (24/2/2022) pagi. Pemerintah melakukan permintaan sukarelawan, karena banyak penduduk yang melarikan diri dari ibukota Kyiv. 

Baca Juga

"Komunitas siber Ukraina! Saatnya untuk terlibat dalam pertahanan siber negara kita," ujar unggahan pengumuman rekrutmen sukarelawan itu.

Pemerintah Ukraina meminta para peretas dan pakar keamanan siber untuk mengirimkan aplikasi melalui Google docs dengan mencantumkan spesialisasi mereka, seperti pengembangan malware, dan referensi profesional. Salah satu pendiri perusahaan keamanan siber di Kyiv, Yegor Aushev, mengatakan, dia menulis unggahan pengumuman sukarelawan peretas atas permintaan pejabat senior Kementerian Pertahanan yang menghubunginya pada Kamis. 

Seorang sumber membenarkan bahwa permintaan sukarelawan peretas itu datang dari Kementerian Pertahanan pada Kamis pagi. Perwakilan Kementerian Pertahanan Ukraina tidak menanggapi permintaan komentar.  

Atase pertahanan di kedutaan Ukraina di Washington mengatakan, dia tidak dapat mengkonfirmasi atau menyangkal informasi sukarelawan peretas yang diumumkan di saluran Telegram mengacu pada platform pesan seluler. Mereka menolak berkomentar lebih lanjut.

Perusahaan Aushev, Cyber ​​Unit Technologies bekerja sama dengan pemerintah Ukraina dalam pertahanan infrastruktur penting. Aushev mengatakan, para sukarelawan akan dibagi menjadi unit cyber defensif dan ofensif. Unit pertahanan akan digunakan untuk mempertahankan infrastruktur seperti pembangkit listrik dan sistem air.  

Dalam serangan siber 2015, yang secara luas dikaitkan dengan peretas negara Rusia, sebanyak 225 ribu warga Ukraina kehilangan listrik. Unit sukarelawan ofensif akan membantu militer Ukraina melakukan operasi spionase digital melawan invasi pasukan Rusia.  

"Kami memiliki tentara di dalam negara kami. Kita perlu tahu apa yang mereka lakukan," kata Aushev.

Aushev mengatakan, upaya untuk membangun kekuatan militer siber datang terlambat. Aushev mengatakan, dia telah menerima ratusan pelamar dan mulai memeriksa untuk memastikan bahwa tidak ada satupun dari mereka adalah agen Rusia.

Seorang pejabat keamanan Ukraina mengatakan, negara  tidak memiliki pasukan cyber militer khusus. "Tugas kami untuk membuatnya tahun ini," katanya kepada Washington Post. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement