REPUBLIKA.CO.ID, KYIV -- Dua ledakan besar terdengar di Kyiv, Ukraina pada Jumat (25/2/2022). Dilaporkan bahwa setidaknya 137 kematian terjadi dalam peristiwa ini, saat pasukan Rusia mulai memasuki wilayah negara itu.
Tentara Ukraina mengatakan Rusia menembaki wilayah di mana terdapat warga sipil di Kyiv. Namun, sistem pertahanan udara negara itu diklaim dapat menahannya.
Walikota Kyiv Vitaly Klitschko mengatakan tiga orang terluka dengan satu dalam kondisi kritis setelah puing-puing rudalmenghantam sebuah bangunan tempat tinggal. Ia melaporkan melalui jejaring sosial Twitter dengan menggunggah foto yang menunjukkan sebuah bangunan dengan sebagian dindingnya diruntuhkan dan petugas pemadam kebakaran hadir di tempat kejadian.
Rudal dan tembakan dari militer Rusia dilaporkan dilepaskan di sejumlah kota di Ukraina pada Kamis (24/2/2022), setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan akan meluncurkan operasi militer khusus. Serangan darat dan udara skala penuh dilaporkan, membuat warga sipil di dekat area invasi dievakuasi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa ‘kelompok sabotase’ dari Rusia telah memasuki Kyiv dan mendesak warga untuk tetap waspada. Ia juga mengumumkan saat ini status negara dalam keadaan wajib milier dan para pasukan cadangan nasional siap berperang dalam mobilisasi umum.
Zelensky mengatakan saat ini ada yang disebut sebagai ‘tirai besi baru’ antara Rusia dan seluruh dunia, seperti halnya terjadi dalam Perang Dingin. Ia menambahkan bahwa Ukraina telah dibiarkan sendiri.
"Siapa yang siap bertarung bersama kita? Saya tidak melihat siapa pun,” kata Zelensky.
Ukraina mengatakan pasukan Rusia telah merebut pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, daerah yang masih sangat terkontaminasi dengan bahan radioaktif setelah tragedi pada 1986 yang menghancurkan, mendorong pengawas nuklir dunia, IAEA untuk menyerukan penahanan.