REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII), Wahana Visi Indonesia (WVI), dan Persekutuan Gereja-Gereja di Papua (PGGP) menggelar lokakarya 'Membangun Paradigma Inklusif (MPI). Lokakarya ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Pekabaran Injil (HPI) ke-167, dalam rangka menyaring konsep rekomendasi kebijakan yang akan dijalankan oleh gereja-gereja di Papua (dan Papua Barat).
Lokakarya digelar pada 23-25 Februari 2022. Pembukaan acara Lokakarya dilakukan oleh Pdt Tommy Lengkong, selaku Sekretaris Umum PGLII dan Pdt MPA Mauri selaku Wakil Ketua Panita HPI/Ketua II PGGP.
Pendeta MPA Mauri menyampaikan bahwa tema yang diusung pada acara Lokakarya tersebut adalah Membangun Paradigma Inklusif. Para peserta berdiskusi dan mendapatkan berbagai masukan, baik yang bersifat inklusif dan eksklusif.
“Pada sesi akhir lokakarya saya akan mengupayakan hasil Rekomendasi PGGP dapat inklusif, nasionalis dan dapat diaktualisasikan, untuk disampaikan kepada Wakil Presiden RI dalam mendukung percepatan pembangunan,” ujar Pdt MPA Mauri dalam keterangannya yang diterima Republika/co.id, Jumat (25/2/2022).
Pendeta MPA Mauri juga menceritakan bahwa beberapa hari kemarin ikut aktif menjadi pembicara pada peribadatan gereja di Desa Koya. Peribadatan gereja tersebut dikemas dalam wujud Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) dan bertujuan untuk membangun kembali atau menyegarkan kembali kerohanian umat terkait moderasi dalam beragama.
“Ciptaan Tuhan beragam (berbhineka tunggal ika) dan harus menghormati dan hidup bersama dalam kerukunan”, ujarnya.
Dirinya juga menyampaikan, bahwa pada tanggal 24 Februari 2022 mendapatkan undangan dari Kanwil Kemenag Papua untuk memberikan ceramah kebangsaan dengan tema “Melangitkan Doa untuk kesehatan dan keselamatan bangsa”.
"Lokakarya MPI ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi perdamaian Papua, dengan pelibatan gereja dalam pembangunan dan rekonsiliasi ditingkat akar rumput. Para tokoh agama dihimbau untuk turut membangun kembali kerohanian umat terkait moderasi dalam beragama," ujarnya.