Jumat 25 Feb 2022 16:40 WIB

Singgung Sikap Diam NATO, Presiden Ukraina: Kami Mempertahankan Negara Kami Sendirian

Zalenskyy menyebut pasukan Rusia juga menjadikan masyarakat sipil target serangan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zalenskyy mengajak semua rakyat Ukraina untuk siap membela negara mereka dari pasukan Rusia yang menginvasi mereka. Zalenskyy menyebut negaranya sendirian dalam mempertahankan diri dari serangan Rusia.
Foto: Ukrainian Presidential Press Office via AP
Presiden Ukraina Volodymyr Zalenskyy mengajak semua rakyat Ukraina untuk siap membela negara mereka dari pasukan Rusia yang menginvasi mereka. Zalenskyy menyebut negaranya sendirian dalam mempertahankan diri dari serangan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Puti Almas, Kamran Dikrama, Rizky Jaramaya, Reuters, AP

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy pada Jumat (25/2/2022) menyatakan, bahwa bangsanya merasa sendirian dalam mempertahankan negara mereka dari serangan Rusia.

Baca Juga

 

"Pagi ini kami mempertahankan negara kami sendirian," kata Zelenskyy lewat pesan video yang diunggahnya melalui Facebook.

“Kekuatan (militer) terbesar di dunia hanya menyaksikan dari jauh," ujarnya, menambahkan.

Zelenskyy melanjutkan, pasukan Rusia telah memasuki ibu kota Kyiv. Rusia pun telah mengidentifikasi dirinya sebagai target utama.

“Menurut informasi, musuh telah mengidentifikasi saya sebagai target nomor satu. Keluarga saya adalah target nomor dua. Mereka ingin menghancurkan Ukraina secara politik dengan menghancurkan kepala negara," ujar Zelenskyy, dilansir Anadolu Agency.

Zelenskyy pun tak percaya, bahwa beragam sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara di dunia meyakinkan Rusia untuk berhenti menginvansi negaranya. Sanksi terhadap Rusia, kata Zelenskyy, tidak cukup, seraya teringat serangan Nazi terhadap Kiev pada 1941.

 

Menurut Zalenskyy, pasukan Rusia tidak hanya menargetkan militer Ukraina tapi juga masyarakat sipil. 

“Mereka bilang warga sipil bukan target mereka, tapi itu adalah kebohongan. Faktanya, mereka tidak membeda-bedakan area mana yang mereka serang," kata Zalenskyy.

 

Pada Jumat pagi, lewat cuitannya di Twitter, Zalenskyy menyatakan, bahwa, negaranya mebutuhkan "Bantuan internasional yang efektif" untuk mempertahankan tanah dan kemerdekaan Ukraina.

"Meminta kepada Bucharest Nine bantuan pertahanan dan sanksi terhadap agresor. Bersama kita harus mengajak Rusia ke meja perundingan. Kita membutuhkan koalisi antiperang," kata Zalenskyy.

Zalenskyy juga menyinggung sikap diam para pemimpin Eropa soal status keanggotaan Ukraina di NATO. "Hari ini saya bertanya kepada 27 pemimpin di Eropa akan Ukraina akan menjadi anggota NATO? Saya bertanya langsung. Semua takut, tidak menjawab," kata Zalenskyy.

Organisasi Pakta Atlantik Utara (NATO) menjadi sorotan di tengah krisis Rusia-Ukraina. NATO didirikan pada 1949 setelah Perang Dunia II oleh 12 anggota dari Amerika Utara dan Eropa. Saat ini, NATO terdiri dari 30 anggota aliansi militer, dan Ukraina telah menunggu status keanggotaan sejak 2008.

 

Pada Jumat, dua ledakan besar dilaporkan terdengar di Kiev. Dilaporkan bahwa setidaknya 137 kematian terjadi dalam peristiwa ini, namun, Kementerian Pertahanan Rusia membantah bahwa mereka menargetkan warga sipil Ukraina.

Rudal dan tembakan dari militer Rusia dilepaskan di sejumlah kota di Ukraina sejak Kamis (24/2/2022), setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan meluncurkan operasi militer khusus. Serangan darat dan udara skala penuh dilaporkan, membuat warga sipil di dekat area invasi dievakuasi. 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement