Sabtu 26 Feb 2022 05:15 WIB

Menteri Migrasi Swedia Bantah Culik Anak-Anak Imigran Muslim

Swedia bantah culik anak-anak imigran Muslim.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Imigran Muslim Swedia (ilustrasi). Swedia membantah melakukan penculikan terhadap anak-anak imigran Muslim.
Foto: Courtesy Onislam.net
Imigran Muslim Swedia (ilustrasi). Swedia membantah melakukan penculikan terhadap anak-anak imigran Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID,  STOCKHOLM -- Pihak berwenang Swedia melawan balik klaim bahwa layanan sosialnya menculik anak-anak Muslim. Kemudian mencela kampanye disinformasi dari video viral, yang menyebarkan ketidakpercayaan di antara keluarga imigran.

“Kami sama sekali tidak melakukan itu,” kata Menteri Migrasi dan Integrasi Anders Ygeman dilansir dari laman Albawaba pada Jumat (25/2/2022). Kemudian menekankan tujuan utamanya adalah untuk mendukung keluarga.

Baca Juga

Adapun video mulai muncul di situs media sosial berbahasa Arab pada akhir 2021 tentang intervensi nyata oleh layanan kesejahteraan anak. Itu menunjukkan anak-anak menangis dipisahkan dari orang tua yang putus asa.

Dengan konteks terbatas tentang situasi yang digambarkan, video tersebut menuduh Swedia sebagai negara fasis, di mana layanan sosial menempatkan anak-anak Muslim di rumah-rumah Kristen dengan pedofil atau di mana mereka dipaksa untuk minum alkohol dan makan daging babi. Setelah media Timur Tengah melaporkan klaim tersebut, pejabat pemerintah Swedia dan layanan sosial telah keluar untuk menyangkal tuduhan tersebut.

Ygeman mengatakan, kampanye itu sebagian didorong oleh orang tua yang frustrasi karena gagal dalam mengasuh anak dan memproyeksikan kemarahan mereka pada pihak berwenang. “Ada juga kekuatan jahat yang ingin mengeksploitasi frustrasi orang tua ini untuk menyebarkan ketidakpercayaan dan perpecahan,” kata Ygeman.

Sementara Badan Pertahanan Psikologis Swedia telah menggambarkan banyak video sebagai video lama, menyajikan konteks yang salah dengan tujuan untuk mempolarisasi.

Pakar terorisme di Universitas Pertahanan Swedia, Magnus Ranstorp mengatakan bahwa kampanye itu terutama didasarkan pada grup Facebook yang disebut "Barnens Rattigheter Mina Rattigheter" (Hak Anak-anak, Hak Saya). Di mana orang tua berbagi pengalaman ketika anak-anak mereka secara tidak adil dikeluarkan dari perawatan mereka.

Ranstorp mengatakan, bahwa sementara mungkin ada beberapa kritik yang sah terhadap layanan sosial, retorika keras di posting media menghasut.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement