Sabtu 26 Feb 2022 05:34 WIB

Mengapa Isra dan Miraj dalam Bahasa Arab Disebut Tunggal?

Mengapa Isra dan Miraj dalam bahasa Arab disebut tunggal?

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Infografis Tiga Hal Penting dalam Isra Miraj
Foto: Infografis Republika
Infografis Tiga Hal Penting dalam Isra Miraj

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Isra Miraj merupakan dua perjalanan Nabi Muhammad SAW. Isra adalah perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerussalem. Sedangkan Miraj adalah perjalanan dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha.

Namun, mengapa perjalanan itu disebut "rihlah" yang dalam bahasa Arab memiliki arti yang sifatnya mufrod atau tunggal? Mengapa tidak menggunakan "Rihlataani" yang berarti dua perjalanan?

Baca Juga

Ulama Mesir, Syekh Khalid al-Jundi menjelaskan, perjalanan Isra Miraj memang merupakan dua perjalanan. "Tetapi seluruh umat Muslim telah bersepakat bahwa itu adalah satu perjalanan," tutur dia seperti dilansir laman Elbalad, Jumat (25/2).

Syekh al-Jundi melanjutkan, orang yang beriman tentu mengimani perjalanan Isra dan Miraj. Karena ini adalah bagian dari akidah. Orang beriman meyakini perjalanan Isra dan Miraj adalah salah satu mukjizat Allah SWT. "Mukjizat Isra Miraj adalah mukjizat yang paling mudah diimani karena disebut dalam Alquran," tambahnya.

Kemudian Syekh al-Jundi menyinggung soal Miraj. Dia mengatakan, siapapun yang membayangkan bahwa Miraj hanya ada satu, maka belum memahami Surat Al-Ma'arij ayat 2-3: "... yang tidak seorang pun dapat menolaknya, (Azab) dari Allah, yang memiliki tempat-tempat naik."

"Allah SWT punya banyak tempat naik (miraj) yang dapat Anda tempuh. Bisa dengan sedekah, doa, menghormati orang tua, perkataan yang baik, amal sholeh, ini semua adalah tempat naik (miraj) menuju Allah SWT. Ini menandakan bahwa ada banyak tempat naik (miraj) menuju Allah SWT. Jadi tidak hanya ada satu miraj," ucapnya.

Syekh al-Jundi juga menyampaikan, siapa yang mengingkari Mirajnya Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha, maka berarti juga menyangkal mirajnya para malaikat.

Syariat itu sendiri, jelas Syekh al-Jundi, adalah nash atau teks yang bersumber dari Alquran dan As-Sunnah. Karena itu, Nabi Muhammad SAW adalah penyampai syariat. "Dan terdapat beberapa perkara yang disyariatkan oleh Nabi SAW yang tidak disebutkan dalam Alquran," ujarnya.

Sumber: https://www.elbalad.news/5177220

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement