Jumat 25 Feb 2022 20:51 WIB

Seribu Orang Korban Gempa Mengungsi di Kantor Bupati Pasaman Barat

Posko bencana gempa di Pasaman Barat membutuhkan lebih banyak pasokan logistik

Rep: Febrian Fachri / Red: Nur Aini
Warga melihat kondisi rumah yang rusak akibat gempa di Nagari Pinagar, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat, Jumat (25/2/2022). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan gempa berkekuatan magnitudo 6,2 di Pasaman Barat dan sekitarnya itu mengakibatkan tujuh warga meninggal dunia.
Foto: ANTARA/Muhammad Arif Pribadi/Lmo/aww.
Warga melihat kondisi rumah yang rusak akibat gempa di Nagari Pinagar, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat, Jumat (25/2/2022). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan gempa berkekuatan magnitudo 6,2 di Pasaman Barat dan sekitarnya itu mengakibatkan tujuh warga meninggal dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, PASAMAN BARAT -- Kasi Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasaman Barat, Elfadil, mengatakan saat ini terdapat kurang lebih seribu orang warga yang mengungsi di Halaman Kantor Bupati Pasaman Barat. Seribu orang itu berasal dari beberapa kecamatan. Pengungsi terbanyak menurut Elfadil berasal dari Kecamatan Kajai. Di kecamatan tersebut ratusan rumah warga rata dengan tanah.

“Di sini sekarang ada seribu orang. Nanti akan kita istirahatkan di tenda,” kata Elfadil, Jumat (25/2/2022).

Baca Juga

Elfadil menyebut pengungsi sudah disediakan makanan nasi bungkus. Sementara, Pemda masih mendirikan tenda supaya warga pengungsi dapat segera beristirahat.

Menurut dia, Posko bencana saat ini membutuhkan lebih banyak pasokan logistik seperti makanan, minuman, dan obat-obatan serta selimut.

Pantauan Republika.co.id di halaman Kantor Bupati Pasbar, pengungsi masih terus berdatangan. Rata-rata membawa anggota keluarga dan anak kecil.

Nalis (50 tahun) warga Simpang Timbu Abu, Pasaman Barat, mengaku mengungsi hanya membawa pakaian yang ada di badan. Perempuan yang sehari-hari berprofesi sebagai petani kebun ini tak dapat lagi menyelamatkan harta bandanya pasca-gempa karena rumahnya rata dengan tanah.

"Hanya pakaian di badan ini yang kami bawa. Kami langsung lari keluar rumah setelah terdengar gempa," kata Nalis.

Nalis menyebut dirinya pasrah dibawa mengungsi ke Kantor Bupati Pasbar karena tak ada lagi tempat berlindung. Terlebih cuaca di Pasbar kerap hujan. Nalis memboyong 7 orang keluarganya ke tempat pengungsian.

Nasib serupa juga dialami Leni Irawati yang juga warga Timbu Abu. Perempuan yang berprofesi sebagai guru SD ini merasakan gempa saat mengajar di sekolah. Leni juga hanya membawa pakaian dinas yang dikenakan sejak pagi. Leni menyebut dirinya pergi ke pengungsian bersama 10 KK lainnya dari Timbu Abu karena rumah warga di sana dan juga sekolah rata dengan tanah.

"Untungnya tak ada dari kami yang jadi korban luka atau meninggal. Tapi kami di sini sama sekali tak punya apa-apa selain pakaian di badan," ujar Leni. 

Baca juga:

Sebanyak 2000 Ekor Kucing Disterilisasi Setiap Tahunnya

UNHCR Minta Negara Tetangga Ukraina Buka Perbatasan

Wagub Riza Minta Warisan Program Anies Dilanjutkan pada 2023

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement