Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Robin sah

'Multivitamin' Kuliah di Kampus Berbasis Pesantren

Eduaksi | Friday, 25 Feb 2022, 12:45 WIB

"Sekali mendaung dua-tiga pulau terlampau."

Nampaknya pribahasa di atas sangat tepat untuk menggambarkan akan reka-ragam keuntungan kuliah di kampus berbasis pesantren.

Soal intelektualitas, jelas. Karena yang namanya kuliah, pastilah mengenyam pelajaran sesuai dengan program studi (prodi) yang dipilih. Membuat makalah, diskusi ilmiah semua itu dikembangkan, baik di forum kelas maupun skala lebih besar, seminar, workshop, dll.

Nyatanya, karya-karya ilmiah para mahasiswa/i yang kuliah di kamous berbasis pesantren ini mampu menembus media massa nasional. Tidak hanya itu, bahkan buku-buku mereka menghiasi rak-rak toko buku ternama di Indonesia. Ini sebagai bukti bahwa kemampuan intelektualitas mereka juga bisa diadu.

Yang paling mahal sejatinya adalah lingkungan yang sangat kondusif untuk membentuk karakter mulia atau adab. Dan ini adalah PR terbesar umat Islam saat ini.

Soal orang cerdas, bisa dikata Indonesia surplus. Betapa banyak profesor, doktor, master di negeri ini. Bahkan saking membeludaknya sampai sebagian 'tidak terpakai.'

Juara-juara kompetisi Internasional pun banyak diraih. Tapi lihatlah, bersamaan dengan itu, kebobrokan juga melanda di negeri ini. Dan itu tidak sedikit diperkasai oleh kaum intelektual, khususnya yang tengah menduduki singgasana kekuasaan. Baik di pemerintahan maupun secara kelembagaan.

Persis seperti yang dinyatakan oleh cendikiawan muslim; Syed Muhammad al Naquib al Attas, bahwa persoalan terbesar generasi masa kini adalah 'loss of adab.'

Maka bila diperhatikan kurikulum kampus berbasis pesantren, integrasi antara disiplin ilmu (umum) dengan ajaran adab/Islam (islamisasi ilmu oengwtahuan), bisa dikata menjadi jawaban atas krisis yang melanda negeri ini.

Betapa tidak, para mahasiswa tidak hanya dibimbing untuk menjadi pakar di bidang keilmuan yang mereka tekuni, tapi juga dibina agar menegakkan adab-adab yang telah diajarkan oleh Sang pemilik ilmu.

Adab tertinggi tentu saja kepada-Nya. Maka bentuk dari penegakkan adab itu, dalam urusan akademik haruslah memperhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan-Nya.

Misal, ketika adzan berkumandang, semua kegiatan akademika seyogyanya diberhentikan. Fokuskan diri untuk menghadap Allah. Seseru apapun diskusi yang tengah terjadi di kelas, harus berhenti.

Ini adalah praktik adab yang paling tinggi. Yaitu mengutamakan seruan Allah di atas segala urusan. Dan inilah tuntunan-Nya, yang langsung termaktub dalam al-Qur'an (perhatikan surat al-Jum'ah).

Perilaku untuk senantiasa menasehati dalam kebaikan pun terjawantahkan. Jadilah mahasiswa terbimbing kepribadiannya menjadi lebih baik. Nasehat-nasehat mulia terus diselipkan oleh para dosen di tengah-tengah perkuliahan.

Dengan konsep pendidikan semisal ini, maka terpenuhilah semua kebutuhan manusia untuk tampil sebagai makhluk termulia itu (ya'luu walaa yu'laa 'alaih); Berfisik sehat, berpengetahuan luas, berakhlak mulia, dan memiliki spiritualitas tinggi.

STAIL Surabaya

Salah satu Perguruan Tinggi Islam yang mencoba melahirkan generasi mulia sebagaimana termaktub di atas adalah Sekokah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim.

Dengan empat prodi yang ada (MPI, KPI, Ekonomi Syariah, dan PGMI), para pengelola berjuang untuk melahirkan lulusan yang tidak hanya mumpuni secara intelektualitas, tapi juga memiliki integritas dan spiritualitas tinggi.

Hingga saat ini, ratusan alumni STAIL telah tersebar di seluruh nusantara. Mereka abdikan diri untuk mendidik anak negeri, mulai dari suku pedalam, sampai masyarakat yang berada di kota-kota metropolitan.

Profesi-profesi yang ditekunipun bereka ragam. Ada yang sebagai guru, kepala sekolah, dai, motivator, wartawan, pengusha, dll. Yang pasti dalam menjalankan tugas-tugas yang diemban, spirit penegakkan adab tak pernah lupa dikwdepankan. Jadi bukan sekedar berburu materi belaka.

Semoga impian untuk lahirnya generasi unggul itu bisa terwujud.

Siapkah Anda masuk dalam barisan itu?!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image