Sabtu 26 Feb 2022 08:34 WIB

PBB Minta Pemimpin Irak Untuk Berfokus Pada Kebutuhan Rakyat

PBB kritik elite politik Irak yang tak kunjung selesai bentuk pemerintahan

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
 Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, mengkritik elite politik Irak yang tak kunjung selesai bentuk pemerintahan
Foto: AP/Hassan Ammar
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, mengkritik elite politik Irak yang tak kunjung selesai bentuk pemerintahan

REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK— PBB menyebut 40 juta warga Irak kehabisan kesabaran karena ulah pemimpin mereka sendiri. Hal ini karena proses pembentukan pemerintahan baru terus berlarut-larut dan tak kunjung usai.  

“Banyak orang Irak bertanya-tanya apakah kepentingan nasional benar-benar menjadi yang utama dan utama dalam negosiasi yang sedang berlangsung, daripada akses ke sumber daya dan kekuasaan politik, atau bagaimana kue penunjukan dan kementerian akan diukir kali ini,” kata Jeanine Hennis-Plasschaert, utusan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres untuk Irak dilansir dari Arab News, Jumat (25/2/2022). 

"Jadi apa yang saya katakan adalah, pemilihan sudah lebih dari empat bulan di belakang kita dan sudah saatnya untuk mengembalikan sorotan ke tempat yang seharusnya, pada rakyat Irak," tambahnya.  

Sementara itu, katanya, rakyat Irak masih menunggu lebih banyak kesempatan kerja, peningkatan keselamatan dan keamanan, layanan publik yang memadai, perlindungan hak dan kebebasan mereka. Terutama keadilan, akuntabilitas dan partisipasi yang berarti dari perempuan dan pemuda Irak. 

Menurut laporan PBB yang diterbitkan bulan ini, ISIS telah melakukan lebih dari 120 serangan terhadap pasukan keamanan Irak dalam tiga bulan terakhir saja, dan terus menargetkan para pemimpin masyarakat, personel keamanan dan dituduh oleh kelompok teror itu bekerja sama dengan pihak berwenang Irak. 

Hennis-Plasschaert juga mengangkat masalah pemulangan warga negara Irak dari kamp-kamp di timur laut Suriah di mana pejuang teroris asing dan istri serta anak-anak mereka ditahan.  

Para pejabat PBB telah mengutuk kondisi kehidupan yang mengerikan dan berbahaya di kamp-kamp ini sebagai bom waktu yang memicu kebencian dan menginspirasi perekrutan teroris. 

PBB mengatakan bahwa pihak berwenang Irak telah memulangkan 450 keluarga, sekitar 1800 orang secara total, sejak Mei 2021 dan memuji Baghdad karena menunjukkan keberanian dalam melakukannya.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement