Ahad 27 Feb 2022 00:00 WIB

Dubes Ukraina: Yang Terjadi di Ukraina Bukan Konflik, Tapi Perang

Dubes Ukraina mengecam aksi Rusia yang menginvasi negaranya

Rep: Umi Nur Fadhilah. Kamran Dikarma/ Red: Nashih Nashrullah
Seorang tentara berjalan di sepanjang kendaraan lapis baja Ukraina yang menghalangi jalan di Kyiv, Ukraina, Sabtu, 26 Februari 2022.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Seorang tentara berjalan di sepanjang kendaraan lapis baja Ukraina yang menghalangi jalan di Kyiv, Ukraina, Sabtu, 26 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, menolak sebutan konflik atas serangan Rusia yang terjadi di Ukraina. Dia juga membantah klaim bahwa tidak ada perang di Ukraina. 

“Apa perbedaan antara konflik dan perang, dalam perang Anda melihat orang-orang militer di perbatasan,” kata Hamianin dalam acara diskusi Posisi Ukraina Pada Konflik Bersenjata Dengan Rusia, Jumat (25/2/2022). 

Baca Juga

Tak hanya itu, dia menjelaskan perang juga membunuh warga sipil seperti wanita dan anak-anak, menghancurkan rumah dan infrastruktur dari udara, hingga menyerang rumah warga negara.

Meskipun Kementerian Luar Negeri Rusia menolak mengakui tindakannya itu, Hamianin mengatakan ada ratusan ribu tentara Rusia di Ukraina. 

Hamianin mengatakan setiap waktu mendengar kabar warga negara meninggalkan di wilayah berbahaya Ukraina dan pergi ke Polandia, Slovakia, dan Rumania. Warga negara menolak menyerah kepada serangan Rusia. 

Sampai detik terakhir, Hamianin mengatakan Ukraina masih percaya Rusia  tak akan melakukan serangan. Nyatanya, Hamianin menyebut Rusia melakukan kehobongan besar. 

Hamianin menyebut Rusia menyebarkan propaganda kepada dunia. Rusia sejak lama mencoba meyakinkan dunia bahwa Ukraina tidak ada, yang sebenarnya tidak pernah merdeka bergantung pada Rusia. Ukraina telah berjuang untuk kemerdekaan sejak pertengahan lama. 

Hamianin membahas sangat terispirasi dengan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dia juga mengagumi sosok pahlawan Indonesia, seperti Jenderal Sudirman yang rela berkorban demi kemerdekaan Indonesia. Dia berharap Ukraina bisa melakukan hal yang sama untuk menentukan nasibnya sendiri.

Setidaknya 137 tentara Ukraina dan warga sipil dilaporkan tewas dalam serangan Rusia yang dilancarkan pada Kamis (24/2). Lebih dari 70 infrastruktur militer Ukraina juga hancur.

Agresi diluncurkan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui kemerdekaan Luhansk dan Donetsk, dua wilayah di Ukraina timur yang dikuasai kelompok pro-Rusia. 

Putin menginisiasi operasi militer khusus ke dua wilayah tersebut. Dia mengatakan, tindakan itu dilakukan guna melindungi masyarakat di sana yang telah mengalami penderitaan, pelecehan, dan genosida oleh rezim Ukraina. 

Baca juga: Mualaf Edy, Takluknya Sang Misionaris di Hadapan Surat Al Ikhlas

 

Putin memperingatkan negara lain agar tak berupaya mengintervensi atau mengganggu tindakan Rusia. Dia mengancam, jika hal itu dilakukan, mereka akan melihat konsekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah.  

Serangan Rusia ke Ukraina menuai kecaman luas, terutama oleh negara-negara Barat. Sebagai tanggapan, mereka mengumumkan penerapan sanksi ekonomi keras terhadap Moskow.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement