Sabtu 26 Feb 2022 16:40 WIB

Jerman: Sanksi Bank Lebih Parah daripada Keluarkan Rusia dari SWIFT

Mengecualikan Rusia dari SWIFT tak mendukung hak sipil warga Rusia di luar negeri.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Friska Yolandha
 Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menghadiri pertemuan unit krisis pemerintah Jerman setelah pasukan Rusia meluncurkan serangan yang diantisipasi mereka ke Ukraina, di kementerian luar negeri di Berlin, Jerman, Kamis, 24 Februari 2022.
Foto: AP/Markus SchreiberPOOL AP
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menghadiri pertemuan unit krisis pemerintah Jerman setelah pasukan Rusia meluncurkan serangan yang diantisipasi mereka ke Ukraina, di kementerian luar negeri di Berlin, Jerman, Kamis, 24 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri luar negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan, paket sanksi perbankan yang diberlakukan Uni Eropa akan menghantam Presiden Rusia Vladimir Putin lebih keras daripada mengeluarkan Rusia dari sistem pembayaran SWIFT. Menurut Jerman, dikeluarkannya Rusia dari sistem pembayaran SWIFT adalah tawaran yang beracun.

Berbicara dari Brussel, dia mengatakan tawaran pembicaraan Rusia dengan Ukrania yang akan diadakan di Minsk bahkan belum dibahas di pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa yang dia hadiri karena ini adalah tawaran beracun. Dia mengatakan kepada televisi publik ARD bahwa mengecualikan Rusia dari SWIFT akan membuat mustahil untuk mendukung kelompok hak-hak sipil di Rusia dari luar negeri atau bagi pelajar Rusia di luar negeri untuk mengirim uang untuk membantu keluarga mereka.

Baca Juga

"Pedang yang terlihat paling tajam tidak selalu paling pintar. Bukan hanya oligarki yang melakukan transaksi keuangan, pedang yang lebih tajam saat ini adalah pencatatan bank, obligasi pemerintah tidak bisa dijual ke luar negeri lagi," ujarnya seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (26/2/2022).

Sanksi akan efektif dalam jangka menengah atau panjang terhadap seorang pemimpin merusak negaranya, tidak hanya secara ekonomi melainkan juga bagi kaum muda yang menginginkan masa depan bersama di Eropa. 

Namun, dia mengakui negaranya tidak akan segera menghentikan serangan Rusia di Ukraina. Menurutnya, presiden Rusia Vladimir Putin tidak ingin berhenti dengan harga berapapun, apakah itu membuatnya akan berdampak pada isolasi secara internasional atau masa depan ekonomi negaranya.

"Jika dia (Putin) melanggar nilai-nilai kita maka dia tidak bisa tetap menjadi bagian dari komunitas internasional," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement