REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Krisis semikonduktor global turut dirasakan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI). Deputy Director Sales Operation and Product Management PT MBDI Kariyanto Hardjosoemarto mengatakan kondisi di awal 2021 ini lebih buruk kondisinya dibandingkan tahun 2020.
"Ini mengakibatkan keterlambatan supply ke pabrik, pabrik ke diler, dan diler ke pelanggan juga," kata dia, Jumat (25/2/2022).
Ia menyebutkan, mobil-mobil completely knocked down (CKD) dan completely built up (CBU) juga mengalami keterlambatan ketersediaan (supply).Sebagai informasi, CKD berarti mobil yang diimpor dalam keadaan komponen yang lengkap, namun belum dirakit, komponen-komponennya masih dalam kondisi terpisah. Sementara CBU adalah yang diimpor langsung dari negara asal dalam kondisi utuh, lengkap.
"Kami melihat kondisi ini sampai semester pertama tahun ini. Di semester dua diharapkan kondisinya akan lebih membaik," kata Kariyanto.
Dia mengatakan pihak Mercedes-Benz di Indonesia akan terus mengkomunikasikan informasi terkait keterlambatan ketersediaan mobil. "Yang dilakukan lebih maintain transparansi informasi ke diler dan pelanggan. Sementara, secara technical supplier akan terpusat di headquarter," katanya.
Tren SUV
Sementara itu, bicara soal tren kendaraan, pria yang akrab disapa Kerry itu mengatakan kontribusi kendaraan utilitas sport (SUV) memiliki kontribusi yang baik bagi Mercedes-Benz di Indonesia. Menurutnya, kontribusi SUV terus meningkat.
"Melihat tren, (kontribusi penjualan) 50 persen SUV ini ke depannya sangat kuat sebagai backbone (penjualan), tapi kami tak akan meninggalkan sedan dan tipe lain. Kami melihat tren SUV ke depan semakin kuat," kata dia.
Mercedes-Benz sendiri baru-baru ini meluncurkan lini SUV-nya, GLC 200 AMG Line Night Edition terbaru di Indonesia dengan harga Rp 1,130 miliar off the road.