REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dalam sebuah video lawas berisi wawancara tentang Isra dan Miraj di sebuah stasiun televisi swasta di Mesir, tokoh ulama Mesir, almaghfurlah Syekh Muhammad Matwalli As Syarawi mengungkapkan dalil-dalil aqli tentang perjalanan Nabi Muhammad ﷺ yang begitu mulia, dan rahasia mengapa peristiwa Isra lebih dulu atas Miraj, serta tentang Masjid Al Aqsha yang menjadi tujuan Isra Nabi Muhammad ﷺ.
Syekh As Syarawi mengatakan bahwa peristiwa Isra itu mesti lebih dulu dari Miraj. Karena Isra itu adalah aktivitas atau proses yang terjadi di bumi (amaliyah ardhiyah) yang itu semua menembus ruang dan waktu serta semisalnya.
Sedang orang-orang musyrik Makkah mengetahui Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha, mereka mengetahui berapa jarak di antara Masjidil Haram dan Masjid Aqsha.
Syekh Sya'rawi mengatakan bila peristiwa Miraj itu terjadi dari Masjidil Haram ke langit (Sidratul Muntaha), maka tidak akan ada di sisi Rasulullah ﷺ tanda-tanda yang terbentang yang dapat digunakan untuk menjelaskan pada pemikiran yang baru (orang-orang musyrik Makkah).
Hal ini karena tidak ada satu pun dari mereka (orang-orang musyrik Makkah) yang bisa pergi ke Sidratul Muntaha sehingga bisa menjelaskan Sidratul Muntaha, atau telah menempuh perjalanan dari bumi ke langit hingga bisa menceritakan tanda-tanda perjalanannya.
Maka dari itu (Masjid Al Aqsha) itu sesuatu yang diketahui orang-orang musyrik Makkah. Itu sebabnya mereka menyuruh nabi untuk menggambarkan tentang Baitul Maqdis karena di antara mereka ada yang mengetahui rincian tentang Al Alqsha.
Orang-orang musyrikin Makkah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, dan beliau menjelaskan.
Nabi SAW menjelaskan dengan bukti yaitu kafilah yang dilihatnya ketika Isra dari Masjidil Haram ke Masjid Al Aqsha dan menceritakan tentang apa yang dilihatnya.
Maka ketika rombongan kafilah itu datang kembali ke Makkah, orang-orang Makkah memberitahu tentang apa yang telah dikatakan Rasulullah. Ketika kafilah itu datang, diberitahu tentang apa yang telah dikatakan Rasulullah SAW.
Maka peristiwa Isra dari Masjidil Haram ke Masjid Al Aqsha itu bisa dibuktikan dengan dalil bahwa Rasulullah benar dalam melakukan perjalanan Isra. Akan tetapi yang menjadi masalah (musykil khsusnya bagi orang-orang musyrik Makkah) adalah tentang waktu dan jaraknya.
Syekh Sya'rawi menegaskan bahwa Isra itu tanda-tanda Allah SWT di bumi (ayatun ardhiyah), sehingga bila telah menerima akal melampaui hukum untuk persoalan perjalanan dari Makkah ke Baytul Maqdis maka manusia bisa menerima bahwa hukum ruang dan waktu benar-benar dilampaui Nabi Muhammad SAW.
Dan selama orang-orang Makkah itu menerima atau percaya kebenaran Isra, maka ketika dikatakan pada mereka bahwa sesudah Isra nabi naik ke langit (Sidratul Muntaha) itu akan menjadi penjelas bagi akal mereka.
Syekh Syarawi memgatakan mungkin saja bagi Nabi SAW melakukan Isra dari Makkah ke tempat lain, namun demikian hikmah Isra dari Masjidil Haram ke Masjid Al Aqsha adalah tanda bahwa Masjid Al Aqsha masuk dalam tempat suci Islam. Dan bahwa Rasulullah SAW mendatangi semua tempat suci dan bahwa masjid tidak bisa dipisahkan sebagai temapt suci Islam